Lihat ke Halaman Asli

Mereka Lalai

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setelah lulus dari SMK, saya tidak langsung kuliah. Saya bekerja di sebuah perusahaan besar yang menjual produknya ke Astra Daihatsu Motor dan Astra Honda Motor. Sejak awal saya sudah memutuskan untuk bekerja hanya beberapa bulan saja, setelah itu saya akan mengundurkan diri dan kuliah.

Saya merasa seperti orang durhaka. Lahir di sana, mengenyam pendidikan di sana, namun hidup di sini. Setelah itu, mungkinkah saya akan kembali ke sana dengan tubuh tua yang sudah tidak bisa apa-apa lagi? Saya harap tidak. Saya memutuskan untuk kuliah, kemudian tidak akan pergi kemana-mana. Saya akan bekerja di kota kelahiran saya atau kota sebelah yang tidak begitu jauh. Saya ingin memberikan dedikasi pada kota tercinta itu, karena bagi saya itu adalah salah satu syarat untuk mengatakan pada diri saya bahwa saya adalah pribadi yang berhasil.

Suatu ketika saya pulang ke kampung halaman. Saat itu adalah liburan akhir tahun sekaligus tahun baru. Proses produksi hanya sedikit dan hanya orang-orang tertentu yang diberi jatah lembur. Sekitar delapan hari saya berada di rumah. Sedih sekali rasanya melihat tempat kelahiran saya sepi, seperti desa yang mati. Semua pemuda seangkatan saya pergi ke kota-kota besar. Mereka bekerja, sama seperti saya. Mungkin benar kalau orang mengatakan bahwa kota ini adalah kota pensiun. Mereka yang sudah bosan mengadu nasib di perantauan, pulang dan menghabiskan masa tuanya di sini. Sudah dari dulu seperti ini dan entah sampai kapan. Mungkin jika suatu saat nanti para investor berpikir untuk membangun perusahaan di kota-kota di Jawa Tengah, semua akan berbeda. Sangat berbeda hingga akan terbentuk keadaan yang berbalik dengan sebelumnya.

Rasanya seperti di beri harapan palsu. Saya yang selama ini berniat untuk pulang setelah mengenyam pendidikan, nanti, justru akan merasakan kahidupan yang sangat sepi. Tidak akan ada pemuda, tidak akan ada orang-orang yang produktif, tidak akan ada orang-orang seumuran saya. Mereka pergi dan sampai saat ini belum kuliah. Sangat tidak mungkin bagi mereka untuk pulang kecuali sudah bosan dengan kehidupan di sana atau pensiun dari kerjanya. Tidak akan ada kemajuan dengan tempat ini. Yang sangat mungkin terjadi adalah keadaan yang selalu sama dengan saat ini. Pertumbuhan ekonomi yang lambat, pembangunan yang tersendat-sendat, semuanya akan tetap terjadi di tempat kelahiranku ini. Saya pun tidak tahu apa yang akan saya lakukan dengan tempat ini, kelak. Yang saya tahu mereka akan pulang ketika sudah tua, nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline