Lihat ke Halaman Asli

Cak Kelen Tengok Dulu Belawan Tuch

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13798125881627768595

Belawan adalah Pelabuhan yang memiliki luas pantai terbesar di Indonesia, yang paling dekat dengan dunia internasional, juga pintu gerbang wilayah Indonesia Barat. Belawan adalah denyut nadi masyarakat Sumatera Utara. Bagaikan mulut tempat masuknya makanan bergizi buat masarakat Kota Medan dan Sumatera Utara umumnya. Jika Pelabuhan Belawan kurang berfungsi dengan baik, bukan tidak mungkin masyarakat Medan plus Sumatera Utara dapat kekurangan gizi. Devisa daerah yang dihasikan dari Pelabuhan Belawan sangat menakjubkan dan berdampak besar bagi pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara. Bea Cukai, bea sandar, bea masuk ratusan kapal, ribuan peti kemas, jumlahnya sangat fantastis. Belum lagi Hasil tangkapan jutaan ton ikan dari ratusan gudang, semua menjanjikan miliyaran uang untuk masuk Kas Daerah Kota Medan dan Sumatera Utara (Pemprovsu). Export-import berbagai kebutuhan ekonomi menghasilkan jasa-pajak yang menakjubkan. Namun “Kue” hasil dari Pelabuhan Belawan agak sungkan di berikan buat masyarakat Belawan. Akibatnya yang kaya makin kaya-yang miskin makin miskin. Kantong-kantong kemiskinan semakin meningkat, jutaan masarakat miskin tinggal di rumah paluh yang tidak memenuhui standart hidup, sulitya air bersih tetap menjadi problema yang belum dituntaskan hingga saat ini. Sangat ironis memang…dibalik megahnya Pelabuhan Belawan dan banyaknya potensi yang ada di Belawan masih sangat banyak terdapat rumah-rumah kumuh yang tidak tersentuh oleh Pemerintah di Sumatera Utara ini, khusunya Pemko Medan Perhatian pemerintah terhadap kemajuan Kecamatan Belawan ini sepertinya ‘setenagh hati’. Tidak ada pembangunan infrastruktur yang memadai, tidak ada pembangunan Sekolah Tinggi Negeri Kelautan, tidak ada Balai Diklat Bahari atau Media Pendidikan Tekhnologi Kelautan, tidak ada Program Pengentasan Kemiskinan. Tidak ada sarana Hiburan Berbasis Kelautan seperti di Singapura atau Negara-negara Luar lainnya. Tidak ada Wisata Kuliner Makanan Laut yang terprogram dari Pemerintah Sumatera Utara, Tidak ada yang dapat dibanggakan…! Bahkan jika ada anak Belawan yang pergi merantau ke luar Belawan dan menanyakan kabar tentang kota tercintanya (Belawan), maka jawabannya “Tidak ada perkembang”. Maaf…..Anda tak akan kesulitan mencari rumah teman yang pernah anda kunjungi 40 tahu yang lalu di Kawasan Belawan, karena nyaris tidak ada perubahan yang berarti, tidak ada penambahan jalan, peremajaan, perawatan, pembersihan, kecuali : penambahan rumah kumuh, rumah paluh diatas air dan semakin banyaknya lawa-lawa. Kecuali menjamurnya Pedagang baju monja diatas rel kereta api yang dapat meregang nyawa dan depo peti kemas milik pengusaha. Sunyi…sepi…tak ada perhatian yang signifikan. Tidak ada rasa memilki, mungkin karena tidak ada Pejabat penting anak kelahiran belawan?. Tidak ada upaya-usaha maksimal buat kemajuan. Akibatnya menimbulkan patah hati, sakit hati, di peras, di kuras buat kemajuan orang lain. Ratusan barang mewah hanya disaksikan anak Belawan melintas di depan mata. Jutaan Ton ikan segar dan bergizi hanya di kutip dan dikemas anak Belawan untuk di hantarkan keluar negeri. Anak Belawan hanya makan ikan kotak (ikan yang buruk kualitasnya) Akibatnya …… ada yang marah ingin memisahkan diri dari Kota Medan. Ada upaya memperbaiki diri dengan berdiri sendiri ?. Ada sambutan hangat dari mereka yang selama ini mungkin tersingkirkan?, ada gelora muda yang ingin keluar dari himpitan kemiskin?. Ada benci yang terselip atas kecilnya perhatian-dianak tirikan? Jangan sampai penderitaan ini menjadi kemarahan? Jangan biarkan mereka menjerit kelaparan atau mengamuk kebencian? Jangan biarkan Kemiskinan struktural yang terjadi di Belawan ini terus berlanjut. Pemerintah jangan hanya pandai menebarkan janji, tapi tidak ada program yang efektif untuk menyelamatkan mereka dari kemiskinan, padahal Belawan merupakan lumbung masyarakat Kota Medan untuk mencari nafkah, bahkan penyumbangPAD (Pendapatan Hasil Daerah) terbesar ke dua untuk Kota Medan setelah Kecamatan Medan Deli. Dimana hati nurani para pejabat di Medan dan Sumut? Bukankah Umar Bin Khatab.ra pernah berkata" Jika ada seekor keledai yang jatuh terperosok karna jalan yang rusak, maka aku (umar) akan bertanggung jawab (diminta pertanggung jawabanya). Tapi sekarang apa yang terjadi? Bukan saja Keledai, bahkan manusia telah banyak yang meninggal akibat buruknya infrastruktur, terutama di Belawan. Belum lagi masalah pen didikan, masih banyak anak Belawan yang tidak bersekolah karena harus membantu orang tua mencari nafkah keluarga, para mahasiswanya harus kelaut ataau narik becak untuk mencari biaya kkuliah dan sekolah. Sekolah murah? Omong kosong, banyak ibu-ibu di Belawan yang takut melahirkan anaknya karena takut tidak mampu membiayai sekolanya kelak. Padahal APBD kota Medan sangat besar 1, 4 triliun. Kemana aja uang itu di buat? Anak Belawan harus bangkit dari keteerpurukan ini. Jangan hanya mau jadi sapi perah. Belawan ini milik kita…!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline