Saya pernah bertemu langsung dengan badan sertifikasi TUV-Nord German, waktu itu saya sedang incharge untuk mendapatkan sertifikat Biosafety Cabinet yang digunakan para peneliti dan untuk memasuki pasar German maka produk kita harus lolos sertifikasi. Saya menanyakan kepada orang TUV-Nord apa alasan historis pendirian badan sertifikasi mereka itu yang saya akui begitu detail dan standardnya tinggi, dia menjawab " Alasan histori karena zaman dahulu kereta api uap di German sering sekali meledak sehingga banyak korban jiwa dan terutama para kaum bangsawan sehingga dibentuk lah badan independen yang mencari penyebab dan kemudian menyusun standar baku agar tidak terjadi lagi kejadian serupa, kemudian hari TUV-NORD sangat diakui hasil kerjanya dan menyumbangkan banyak pada standard dan sampai akhirnya merambah kebanyak bidang seperti : biosafety,electrical dan electronic dan lain sebagainya.
Saya menguasai beberapa standard internasional yang berkenaan dengan sertifikasi dan juga apa maksud dari sertikasi tersebut. Jika memang ditemukan bahwa produk tersebut tidak layak maka harus diberitahu dan hasil test tersebut terbuka secara umum dan bisa di request untuk kepentingan umum. Contoh kasus, saya juga pernah melakukan sertifikasi Fumehood berdasarkan standard eropa EN 14175 yang hasil pengujianya dapat di akses siapa saja dan Europe Nation mempunyai system database yang dapat di akses secara online untuk mengetahui hasil pengujian tersebut.
Jadi tidak perlu berfikir kompleks untuk mengetahui apa tujuan dari sertifikasi maupun sampling mutu dari suatu produk. Dan mereka para pendidik akademis IPB harus tau bahwa lembaga mereka itu independen dan apa yang mereka nyatakan dalam http://health.kompas.com/index.php/read/2011/02/17/13282353/Riset.Terbaru.IPB.Tak.Ada.Susu.Berbakteri adalah salah satu bentuk kelalaian. Walaupun IPB bukanlah satu lembaga yang saya nilai sebagai yang bertanggungjawab untuk mempublikasikan hasil pengujian mereka tetapi bentuk pernyataan yang mereka utarakan dapat saya artikan penolakan terhadap hasil penelitian mereka sendiri dan yang lebih menyebalkan seolah mereka menutupi kebenaran.
Bukan pertama kali susu mengalami bencana, Nestle pernah mengalami hal yang sama (http://www.spinwatch.org.uk/-news-by-category-mainmenu-9/154-food-industry/2126-nestle-contamination-in-europe). Kenapa mereka para IPB dan dinas menteri kesehatan tidak tanggap akan isu ini?, tak lain menurut saya karena mereka mewarisi dara koruptor yang di negara ini sudah menjalar kesemua bidang. Jika terjadi ke gagalan ginjal pada jutaan bayi Indonesia akibat bahkteri itu, siapa yang bertanggung jawab?, pajak yang kami bayar untuk mengaji mereka dan mengawasi makanan bukankah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan?. Ingat bahwa masa depan penerus Indonesia sedang terancam akibat susu yang terkontaminasi.