Oleh: Kiki Kamelia
***
MENAMBANG. Apa yang ada di pikiran Anda ketika mendengar istilah tersebut?
Sebuah kegiatan atau pekerjaan mencari emas, perak, batubara, minyak bumi, dan hasil tambang lainnya..? Pekerjaan dengan hasil yang menggiurkan? hmm.. Atau mungkin sebuah pekerjaan dengan resiko tinggi bahkan bisa merenggut nyawa? Bisa jadi!
Sepertinya semua pendapat tersebut tidak berlebihan, memang begitulah adanya. Kurang lebih seperti itu yang saya tahu. Faktanya dapat kita lihat di lapangan, orang yang terjun dalam dunia kerja pertambangan dalam waktu singkat saja mereka bisa menjelma menjadi orang kaya baru.
Saya ambil contoh di kawasan Kota Paringin, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, di sana merupakan tempat beroperasinya sebuah perusahaan pertambangan batu bara PT Adaro Indonesia yang berhasil mengeruk tambang sedikitnya 20 juta ton per tahun. Perusahaan ini telah mempekerjakan ribuan karyawan, buruh tambang dan pekerja kantor lainnya (Hasan Zainuddin, 2007).
Banyak warga yang tadinya hanya berprofesi sebagai petani, buruh, pedagang kecilan serta pegawai negeri sipil (PNS) rendahan sekarang berubah menjadi “saudagar kaya”. Tadinya hanya memanggul cangkul dan bakul sekarang sudah bergaya, memakai mobil mewah Land Cruser, BMW, Mercedes Benz dan mobil mewah lainnya. Bahkan sebagian rakyat yang selama ini miskin juga terkena imbasnya dengan meningkatkan perekonomian masyarakat tersebut. Mengalirnya uang hasil tambang di tengah masyarakat tersebut, membuat usaha kecil masyarakat area tambang juga ikut berkembang. Begitu banyak buruh tambang serta pengusaha tambang yang royal dalam belanja, sehingga dagangan beras. ikan, sayur mayur, serta hasil pertanian milik masyarakat menjadi laku keras.
Di sisi lain, kita juga harus ingat, setiap pekerjaan pasti memiliki resiko. Sebuah pekerjaan dengan penghasilan yang besar tentu saja memiliki resiko yang besar pula. Dalam hal ini, menambang memang pekerjaan yang menggiurkan karena menghasilkan uang yang banyak dalam waktu singkat, serta mampu meningkatkan perekonomian daerah sekitar. Tapi di sisi lain menambang juga memiliki resiko tinggi yang tidak bisa diabaikan.
Kegiatan penambangan yang menggunakan bahan-bahan kimia dalam proses pengolahan mineralnya, apabila tidak dikelola dengan baik akan mencemari lingkungan (air, tanah maupun udara), serta menyebabkan berbagai masalah kesehatan bagi para penambang dan orang-orang yang tinggal di sekitar tambang. Masalah kesehatan yang paling banyak dijumpai ialah seperti keracunan logam berat, infeksi cacing tambang, diare, dan infeksi saluran pernapasan atas. Bahkan bisa lebih dari itu, kegiatan penambangan yang tidak sesuai standar bisa menyebabkan kecelakaan kerja hingga kematian akibat tertimbun tanah atau pasir pada saat bekerja di dalam lubang galian tempat menambang.
Seperti yang dilansir Liputan6.com, Minggu (01/12/2013), seorang pekerja PT Freeport Indonesia meninggal dunia akibat tertimpa bongkahan batu yang terjadi di area tambang bawah tanah Freeport di Papua. Di tahun yang sama, sebelumnya juga pernah terjadi kecelakaan tragis pada Selasa, 14 Mei 2013, sebanyak 38 pekerja tambang tertimpa robohnya atap area pelatihan tambang bawah tanah Big Gossan. Dari seluruh pekerja yang tertimpa, sebanyak 10 orang dinyatakan selamat dan 28 pekerja tambang lainnya tewas. Ironisnya, saat itu para pekerja tengah mengikutirefresher classmengenai materi keselamatan.
Kecelakaan tersebut bisa terjadi karena disebabkan berbagai hal, misalnya perusahaan tidak menjalankan prosedur pertambangan yang benar, adanya kelalaian petugas dalam mengawasi atau mengontrol jalannya kegiatan, dan lain sebagainya. Sebenarnya berbagai masalah tersebut dapat diminimalisir apabila adanya kesadaran baik dari para penambangnya sendiri maupun pihak perusahaan tambang untuk menjalankan kegiatan penambangan secara baik dan benar sesuai standar operasional prosedur (SOP) pertambangan yang berlaku, adanya pengawasan yang baik dan benar dari petugas yang bersangkutan, serta bersama-sama mewujudkan konsep pertambangan yang ramah lingkungan.
Beberapa waktu lalu, saya mendapat informasi dari salah satu media sosial, yakni facebook mengenai program Sustainable Mining Bootcamp yang diadakan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT). Sesuai dengan temanya “Mengenal Tambang Lebih Dekat”, dengan agenda tour ke lokasi pertambangan di Batu Hijau, memberi inisiatif kepada saya untuk menulis artikel ini.
Kegiatan ini menjadi semacam upaya PT Newmont untuk memperkenalkan lebih dekat mengenai dunia pertambangan, melihat bagaimana pengelolaan hasil tambangnya, serta mengetahui seberapa besar keuntungan yang sudah diperoleh negara dengan adanya kegiatan pertambangan. Semua ini penting diketahui untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan wawasan kita mengenai kegiatan penambangan. Saya juga berharap dengan adanya program ini dapat menjadi media transparansi publik bagi masyarakat untuk lebih memahami dunia pertambangan.
Sebagai penulis, saya sendiri tidak dapat berspekulasi jauh mengenai dunia pertambangan. Kita tidak dapat menilai suatu pekerjaan itu baik atau buruk sebelum melihat secara langsung kondisi riil di lapangan, serta mendengarkan penuturan langsung dari pihak yang terkait. Oleh karena itu, saya berharap sekali dapat mengikuti kegiatan SMBootcampini, selain untuk menambah pengetahuan dan wawasan seputar dunia pertambangan, saya juga berharap dengan adanya kegiatan ini saya dan siapapun yang terlibat dalam program ini dapat menilai lebih cermat, baik atau buruknya kegiatan menambang jika dilihat dari sudut pandang pekerja secara langsung serta melihat pengaruhnya terhadap kehidupan sekitar. Selain itu, setelah program ini usai dilaksanakan, saya berharap semua peserta dapat berbagi ilmu serta pengalamannya selama mengikuti SMBootcamp ini kepada masyarakat luas.
#SMBootcamp
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H