Lihat ke Halaman Asli

Nyoblos udah, Terus Kapan Investasinya?

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesta Demokrasi terbesar 5 tahunan di Indonesia telah selesai dilaksanakan. Kabar baiknya, sejauh ini belum ada permasalahan berarti yang timbul pasca dilaksanakannya pemilihan presiden. Bagi banyak orang, yang paling menjadi sorotan saat ini malah soal kredibilitas lembaga survey yang beberapa menyajikan hasil hitung cepat (quick count) yang agak “anti mainstream” karena hasil yang dipublikasikan terkait pemenang Pemilu berbeda dengan lembaga-lembaga survey yang berpengalaman dalam mempublikasikan hasil survey yang akurat. Akan tetapi, mari sejenak kita kesampingkan permasalahan survey, dan kembali ke persoalan pemilu yang masih menjadi salah satu topik pembicaraan yang paling hangat di tengah masyarakat yang sedang “galau” menunggu kapan waktu yang tepat untuk mulai menempatkan uang mereka pada instrumen keuangan yang tersedia. Bagi sebagian masyarakat, ada yang merasa penting untuk memulai pada momen yang “tepat” sehingga kemudian menjadi cenderung wait and see, sedangkan sebagian orang lainnya tidak terlalu peduli akan hal-hal tersebut karena memang toh ketidakpastian menyangkut naik turunnya nilai uang yang ditempatkan di instrumen keuangan adalah salah satu “seni” dalam berinvestasi.

Adanya fenomena seperti ini memang sedikit banyak mulai mempengaruhi pola fikir seseorang. Mulai banyak yang bertanya kalau memang demikian adanya realitas di masyarakat, maka kecenderungan mana yang harus diikuti dan bagaimana mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mulai berinvestasi? Menarik memang melihat keinginan yang kuat dari banyak orang untuk mengetahui lebih dalam tentang hal ini, akan tetapi penting untuk tetap memiliki pendirian yang didasarkan dari pengetahuan serta pengenalan lebih jauh individu masing-masing sehingga tidak terkesan hanya ikut-ikutan arus dari orang-orang yang malah jangan-jangan latar belakang atau tujuan mereka tidak sesuai dengan kita karena setiap orang memang tidak melulu bisa disamakan.

Ketika membahas pertimbangan menyangkut hal-hal yang telah disebutkan diatas, maka tidak akan terlepas dari kondisi keuangan pribadi sang (calon) investor. Kondisi keuangan dari masing-masing individu tersebut akan berkaitan dengan karakter atau yang biasa dikenal sebagai profil resiko. Ada yang memang tipenya sangat menghindari resiko (risk avoider) atau sangat konservatif, ada juga yang tidak terlalu menghindari akan tetapi juga tidak berani terlalu mengambil resiko (moderate), dan ada juga yang memang bertipikal sangat agresif dikarenakan tidak mementingkan hasil saat ini, pokoknya, bagi orang semacam ini, apapun resiko yang ada akan dihadapi demi kesuksesan tujuannya di masa depan. Kesemuanya tidak ada yang salah mengingat profil resiko dari masing-masing orang akan tergantung dari latar belakang serta sudut pandang mereka dalam hal berinvestasi.

Yang patut dicermati adalah apakah kita mau mengetahui lebih jauh untuk apa tujuan kita menyisihkan sejumlah uang sehingga memiliki kelebihan dana yang pada akhirnya disisihkan secara rutin? Kalau jawabannya adalah memang untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan di masa depan yang meliputi tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang, maka sangatlah wajar apabila untuk mencapai tujuan yang dikategorikan memiliki jangka waktu yang lebih panjang, resiko yang dihadapi akan berbanding lurus dengan ketidakpastian yang dapat sewaktu-waktu menghampiri di kemudian hari dikarenakan memang kondisi market yang sangat fluktuatif. Berita baiknya, kalau dilihat dari sejarah pertumbuhan ekonomi di Indonesia, khususnya dari sisi indeks sahamnya, rasanya kekhawatiran yang terlalu berlebihan tentang satu kondisi tertentu akan menjadi sangat tidak relevan dibandingkan dengan komitmen untuk keberhasilan pencapaian tujuan keuangan di masa depan. Komitmen tersebut menjadi penting karena dengan begitu maka seseorang akan lebih terlatih untuk memiliki tujuan yang spesifik dan terukur di waktu yang akan datang. Dengan adanya tujuan yang spesifik, maka kita otomatis sudah dapat bersikap lebih rileks dalam menghadapi suatu kondisi yang tidak tentu di kemudian hari dikarenakan kita sudah benar-benar siap ketika memutuskan untuk berinvestasi di suatu produk keuangan, ya memang akan ditunjukan untuk jangka waktu yang telah ditetapkan sebelumnya. So, masih mikir juga kapan waktu yang tepat untuk berinvestasi (terutama pasca PilPres) atau sudah menentukan untuk memulainya sekarang juga?

Penulis adalah Perencana Keuangan Independen dari Aidil Akbar Madjid & Associates

Pengurus di Asosiasi Perencana Keuangan Indonesia (APERKI)

Pengajar di International Association of Registered Financial Consultant (IARFC) - Indonesia

Twitter: @mkharis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline