Lihat ke Halaman Asli

[Movie Review] Analogi Mawar: Simbolisasi Keindahan, Keangkuhan dan Kesetiaan Wanita

Diperbarui: 16 Desember 2015   22:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Film The Little Prince diadaptasi dari naskah karya Antoine de Saint-Exupéry berjudul Le Petit Prince, novel ini pertama terbit 1943, yang kemudian menjadi salah satu buku novel terlaris sepanjang masa hingga dicetak 145 juta buku. De Saint-Exupery, sang pengarang, adalah seorang mantan penerbang yang kematiannya menjadi misterius dan ditulis dalam biografi penulis. Cerita ini telah diadaptasi berkali-kali termasuk pada opera dan balet. Film The Little Prince dalam produksinya adalah campuran antara papercraft animasi untuk menceritakan kisah asli dari sang penerbang dan Pixar-esque CG untuk cerita diluar naskah dalam hal ini tokoh anak kecil yang menjadi gerbang sang kakek untuk bercerita tentang pangeran kecil.

Maka kisah ini bermula dari, seorang pangeran kecil yang hidup sendiri di planet yang dapat ditelusuri hanya dengan beberapa langkah, planet itu hanya dua kali lebih besar dari dirinya sendiri. Pada dasarnya pangeran kecil membenci sebuah pohon yang bernama Baobabs, benih ini selalu berakar di planetnya tersebut. Maka setiap benih Baobabs, mulai muncul, secepat angin dia akan menariknya dari tanah. Karna kalau tidak, akan jadi bencana.

Kemudian datang hari yang berbeda dari hari-hari sebelumnya. Pangeran kecil menemukan satu benih baik, maka pangeran kecil merawat benih itu dengan baik, memberikan kepercayaan bahwa benih ini akan tumbuh menjadi sesuatu yang menakjubkan. Atas kesabaran dan harapan pangeran kecil, benar tumbuhlah suatu hal yang menakjubkan, tumbuhan tersebut daunnya merekah berwarna merah, tidak hanya satu, tapi beberapa kelopak berkumpul di satu tangkai, tangkainya tumbuh seukuran lebih dari tinggi jarak lima jari. Dia sempurna.

Itulah pertama kali pertemuan pangeran kecil dengan sang mawar, saat itulah matahari terbit untuk pertama kalinya, dan saat itulah malam pertama kali bagi pangeran kecil dan mawar. Maka setiap hari pangeran kecil tersebut akan merawat dan menjaga sang mawar. Jika sang mawar tersebut kedinginan, pangeran kecil akan melindungi mawar dengan pelindung kaca untuk menjaga sang mawar kesayangan dari suhu dingin di planetnya.

Namun kian hari, kesombangan dan permintaan-permintaan sang mawar menjadi sangat sulit dipenuhi, sang mawar sibuk dengan kecantikannya, hingga pangeran kecil memutuskan untuk pergi. Saat itu mereka saling mencintai, tapi mereka terlalu muda untuk mengenal cinta. Dalam perpisahan sang mawar berujar; “Tentu saja aku mencintaimu,” “Jika kamu tidak menyadarinya, maka kesalahan ada pada diriku. Itu tidak penting. Tapi kamu dan kita sama-sama bodoh. Tolong, cobalah untuk bahagia…”

Perpisahan pangeran kecil dan mawar adalah awal permulaan pertemuan mereka kembali, dalam perjalanan melarikan diri, pangeran kecil bertemu seorang yang haus pujian, sang raja yang mengklaim bahwa dirinya bisa melakukan apa saja, seorang pebisnis yang hanya sibuk menghitung dan mengumpulkan bintang, ular yang mengingatannya akan kesendirian, serta rubah yang berhasil ia jinakkan. Ditengah pertemuan pangeran kecil dengan rubah, pangeran kecil menemukan sebuah lorong, dan dilorong tersebut ia temukan banyak sekali tumbuhan yang mirip dengan mawarnya, awalnya pangeran kecil merasa kecewa, karna ia pikir mawarnya adalah satu-satunya yang terindah di jagat raya, namun nasihat sang rubah menyadari sang pangeran, bahwa mawar yang ia miliki berbeda dengan mawar lain, dan mawar itu miliknya, milik sang pangeran, sudah saatnya ia bersetia hanya pada satu mawar yang menjadi miliknya. Saat itu sang pangeran kecil ingin kembali pada mawar kesayangannya,

Mawar merupakan perumpaman yang banyak digunakan untuk Wanita, mulai dari keindahannya, dan cara mereka melindungi diri, dengan durinya. Wanita identik dengan sesuatu yang indah, menarik, dan cinta. Hingga muncul kalimat klasik, harta, wanita dan tahta. Maka wanita menjadi salah satu unsur kelemahan untuk manusia karna keindahannya. Sehingga dalam beberapa pemahaman, bidadari surga identik dengan wujud wanita, bukan pria. Hal tersebut menafsirkan bahwa keindahan wanita menjadi hal yang penting, sehingga Tuhan menyematkan seorang wanita dalam wujud bidadari bagi hamba-Nya yang masuk surga.

Mawar milik pangeran kecil-pun menggambarkan keangkuhan wanita. Dimana setelah kian hari sang pangeran kecil merawatnya, mawar pun menjadi sombong dan permintaannya menjadi sulit dipenuhi. Wanita pada dasarnya merupakan makhluk yang ingin dipahami, sehingga hal tersebut mendorong mereka banyak menuntut hal-hal yang diluar batas kemampuan, terlebih untuk orang yang mencintainya.

Karna wanita adalah sebuah kerumitan, dan memahaminya bukan sesuatu yang mudah, maka pangeran kecil memerlukan waktu untuk memahami sang mawar dengan pergi meninggalkannya.

Disamping kerumitan tersebut, wanita masih tetap dicintai, wanita juga makhluk yang betah menunggu berlama-lama untuk seseorang. Maka wanita lebih dipercaya memiliki kesetiaan dibanding seorang pria. Walau kenyataannya mungkin tak selalu begitu. Namun makna kesetiaan dalam film ini digambarkan lebih dalam lagi pada hubungan pangeran kecil dengan sang mawar. Pangeran kecil yang selalu mengingat mawarnya, walau mawar tersebut sulit ia pahami. Maka meskipun ditengah perjalanan sang pangeran menemukan banyak  mawar lain yang sama indahnya, namun dia tau mawar miliknya berbeda, dan ia bersetia pada satu mawarnya tersebut. Begitu juga sang mawar, menunggu pangeran kecil untuk kembali lagi kepadanya. Sampai daunnya meranggas dari tangkainya sendiri.

 

-Puput Emilifia-

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline