Mereka bercumbu dengan penuh nafsu
Gairah menerjang segala galau
Demi satu hal yang dituju
Agar terciptanya Seorang Aku
Mereka adalah Ayah dan Ibuku
Terima kasih untuk segala daya dan upayamu
♥ Aku berhutang padamu ♥
Tiba-tiba Aku terjaga dari tidurku
Lalu menoleh, meraba ke kiri dan kananku
Segalanya terasa hampa nan gulita
Seutas benang melilit sekujur tubuhku
Kurasakan bisikan lembut di telingaku
"Engkau berada di rahim Ibumu"
Terima kasih telah menyadarkanku
♥ Aku berhutang padaMu ♥
Setelah dua ratus tujuh puluh hari berlalu
Aku jenuh dengan suasana di kantong itu
Hatiku bertanya ada apa diluar sana?
Aku ingin dan akan segera kesana
Di dalam kekalutan, bisikan itu kembali menyapa
Menjawab semua tanya
Terima kasih telah menjawabku
♥ Aku berhutang padaMu ♥
Ketika Aku hendak menerobos lendiran beriak
Bisikan itu berubah seketika menjadi teriak
“Apa Kau bisa hadapi segala suka dan duka di luar sana??“
“Apa Kau siap mengikuti segala aturanKu?”
Ku jawab: “Dengan Engkau bersamaku, Aku siap, Aku bisa!!“
“Maka, pergilah, Aku akan selalu bersamamu“
Terima kasih telah bersamaku
♥ Aku berhutang padaMu ♥
Seliter darah dan teriakan histeris menyambut hadirku
Tangiskupun memecah kesunyian malam itu
Siapa Aku? Dimana Aku? Apa itu?
Sepasang tangan menimang dan meraihku dipelukannya
Lalu dengan kecupan dan bisikan lembut berkata padaku:
“Anakku.. Ini Ibumu“
Terima kasih Ibu, telah melahirkanku
♥ Aku berhutang padamu ♥
Waktu demi waktu berlalu
Aku garang, cemerlang, kokoh di hantam gelombang
Namun seketika aku jatuh, layu, ragu, tak menentu
Ya, Aku telah jadi manusia, bukan orok dalam kantung indung
Aku telah beranjak dewasa, di bekali anugerah baru
Maka Aku hidup, bertumbuh dan berkembang
Terima kasih Ayah dan Ibu, telah membesarkanku
Terima kasih Tuhan, telah menjadi kepercayaanku
♥ Aku berhutang pada mereka, padaMu ♥
Dua puluh empat tahun telah berlalu tanpa terasa
Semuanya terlewatkan dengan hal yang sia-sia
Hidup sesuka hatiku, mengabaikan Ayah dan Ibuku
Melupakan segala aturan Tuhanku, semua hutangku
Hingga denyutan sakit tak tertahankan itu hinggap di kepala
Rasa yang seketika menghentikan segala mimpi dan asa
Terima kasih Ayah dan Ibu, telah merawatku dan segala sakitku
Terima kasih Tuhan, telah mengingatkanku
♥ Aku pasti bayar hutangku ♥
Ibu..
Dengan apa Aku mengganti tumpahan darahmu kala melahirkanku?
Dengan apa Aku membalas ribuan tetes air susumu?
Terima kasih untuk darah dan air susumu
♥ Aku berhutang padamu ♥
Ayah..
Dengan apa Aku mengganti peluh tubuhmu demi butiran nasi di pingganku?
Dengan apa Aku membalas indahnya lagumu penghantar tidurku?
Terima kasih untuk peluh dan nyanyianmu
♥ Aku berhutang padamu ♥
Tuhanku..
Sebelum denyutan ini mencabut nyawaku
Izinkan Aku membahagiakan Ayah dan Ibuku
Membayar kepada mereka sebahagian dari hutangku
Terima kasih telah memberiku waktu
♥ Aku berhutang padaMu ♥
Tuhanku..
Dengan apa Aku membalas semua semua berkat dan mujizatMu?
Bilakah Engkau memberiku waktu untuk menggenapi janjiku padaMu?
Maka Aku memohon padaMu melepaskan kuk ini dari pundakku
Agar Aku mampu menjalankan dan memberitakan segala AturanMu
Terima kasih atas segala sesuatu dari padaMu
♥ Aku berhutang padaMu ♥
Tuhanku..
Aku pasti bayar walau hanya dengan suara gitar
Aku pasti genapi janji walau hanya dengan bernyanyi
Karena hanya itu kini yang kumiliki
Hasrat melayaniMu dengan sepenuh hati
Terima kasih telah selalu besertaku
♥ Aku pasti bayar hutangku ♥
Jerit Hati Seorang Pesakitan
Nunut Sihombing
Mohon Doa nya ya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H