Lihat ke Halaman Asli

Negeri Mbalelo, Masih Pantaskah Disebut Negara

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada tulisan saya kali ini saya hanya mencoba mengungkapkan kegalauan yang saya yakini dari kacamata saya sebagai rakyat biasa, yang mungkin para pembaca merasakan perasaan yang sama : Negeri Mbalelo, Masih Pantaskah Disebut Negara

Benarkah Negeri kita adalah negeri mbalelo ( dalam bahasa jawa dapat diartikan  : kianat, sesuka hati, cenderung melanggar aturan ), sungguh mengerikan jika yang mbalelo itu adalah negeri, sebuah kedaulatan yang dijalankan dan dikelola , dihuni oleh seluruh tangan-tangan dan otak mbalelo

Jika negara sebuah rumah, dan  satu tiangnya  mbalelo,  masih  mudah menggantinya dengan tiang baru, tapi mungkinkah jika seluruh tiang penyangga dan pila-pilar negara semua mbalelo, sebuah pekerjaan yang tidak mudah diselesaikan, bahkan  akan roboh jika secara bersamaan tiang akan di ganti, dan hanya bisa dilakukan satu demi satu tiang digantikan untuk menjaga agar rumah tetap berdiri

namun mari kita bayangkan jika kita bersama, berada dan tinggal  dirumah yang sesungguhnya dalam kondisi kropos, hari demi hari, terus bertambah bagian bagian yang terkikis, pasti kita selalu was-was, resah dan tidurpun tidak nyenyak, sebab kapanpun rumah itu akan roboh

Republik Indenesia sebuah negara yang bediri beralaskan darah dan nyawa, dengan kekayaan yang berlimpah, budaya yang beraneka dan rakyatnya adalah manusia-manusia beragama, tapi sungguh ironis,  betapa  sulitnya kita  menemukan sebuah keberanaran, kejujuran dan keadilan dinegara ini, hampir diseluruh lini terjadi sebuah pelanggaran, dari mata pertama terbuka hingga kita menutup mata, yang tidak mungkin saya jabarkan satu persatu

Bukankah dinegara kita banyak tempat beribadah, namun kita masih banyak yang tak beretika dan tak bermoral, bahkan departemen yang menggawangi agama pun korup….bukan kah kita sadar bahwa kita berbhenika, tetapi kita masih saling menyolok mata,  bukankah kita memiliki bumi yang berlimpah, namun kita masih miskin, bukankah kita punya penegak hukum, namun masih banyak mereka melanggar hukum, polisi, hakim,jaksa, dan penegak hukum lainya

semua..semua…dan  semua , guru, lurah, camat, bupati, walikota, gubernur, menteri dan mungkin presiden……..dan partai politikpun yang bisa secara langsung sebagai pengawal demokrasi, ga pecus dan korup, egois dan ingin memenangkan kelompoknya sendiri dengan saling tikam

” pembaca yang budiman tidak munkin saya akan tulis semua kebobrokan yang kita hadapi dan malah  membuat layar monitor saya pecah karena kesal ”

pertanyaanya : masih pantaskah disebut negara jika semua penghuninya mbalelo, lalu  untuk apa  ada pancasila, ada UUD 1945 ada Republik Indonesia dan kita bersama ada disini, kalau hanya untuk bayar listrik, bayar pajak ini dan itu, jika  nyamanpun tidak  kita rasakan, haruskah kita bersama teriak rreeevvooolluuuuuusssssssssiiiiiiiiii…….jika harus berdarah berdarahlan, dan mungkin kita akan mati, ya….mungkin diantara kita akan mati…..

tetapi saya rela, demi menyelamatkan Republik ini, demi kita semua dan demi anak cucu kita, sehingga kita bangga akan Indonesia, karna mampu menjalankan cita citanya,  seperti diamanatkan dalam Pembukaan UUD 45, sekaligus menghormati para Pendiri Bangsa, karena kita terlepas dari mental biadab dan tidak menjadikan Indonesia Negeri Bar Bar….




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline