Lihat ke Halaman Asli

Biarkalan Saya Kembali Menulis Lagi!

Diperbarui: 12 Agustus 2015   04:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

--- saat malam menghimpun ribuan lelah, tiba-tiba jemari bergerak sendiri, jemari yang patuh pada fikiran tak bisa di tolak, bahwa secara tak langsung aroma kompasiana tiba-tiba mengintervesi tubuh untuk mengajaknya kembali menulis. memang saat-saat ini saya sudah jarang lagi menulis, bahkan melihat wajah kompasianapun sulit. namun entah angin yang melintas dari arah mana, tiba-tiba dinginya menyuruh kepala untuk mencari ide. ide apapun yang hinggap di kepala tak tahan ingin sekali menuangkanya dalam betuk tulisan. tapi terus terang, saat ini saya sedang dalam kemiskinan ide-inspirasi dll. namun itu bukan alasan, menulis tetaplah menulis. meski tak sehebat kompasianer lain tak penting membanding-bandingkan kualitas diri. tak penting apakah harus menjadi trending article atau headline, tak penting pula apakah harus di baca banyak orang atau sedikit. sebab tujuan saya menulis hanyalah satu yaitu yaaaa ingin menulis. itu saja --- !

#####

"dengan membaca kita bisa mengenal dunia, dengan menulis dunia akan mengenal kita"

-------------

biarkanlah saya kembali menyentuh pena, biarkanlah saya kembali menggerakan jemari, menggerakan seluruh sendi-sendi nalar agar tau bahwa manusia tak hanya hidup hanya dengan percakapan atau dengan haha hihi saja. ia butuh pena, butuh imajinasi, harapan dan tujuan. sebab, kita dapat menemukan cakrawala dan muatan-muatan estetika jika seluruh isi kepala di kerahkan dalam bentuk tulisan. dan tulisan itu akan menjadi asset kita yang kemudian menjadi catatan sejarah, bahwa manusia hidup harus meninggalkan jejak, setidaknya catatan yang kita tanam dapat bermanfaat untuk orang sekitar. 

saya belajar menulis dengan tangan yang sakit dan dengan dahi yang berkerut. walau setiap tulisan tak jamin menuai banyak pujian, tapi bukan itu konteks utamanya. justru mereka yang sukses, yang stiap karyanya dapat menginspirasi banyak orang atau katakanlah mereka penulis buku yang hebat. saya yakin resepnya tak jauh-jauh dari kata kerja keras, perjuangan mendaki imajainasi butuh penghayatan lebih tinggi, hingga bagaimana letihnya mengarungi lautan kata-kata hingga tercipta suatu keberkahan hidup dan mereka bukan mencari sensi atau kegembiraan tersendiri. melainkan bagaimana mereka mengubah dunia untuk memanusiakan manusia hanya dengan lewat pena.

umur manusia tak lebih tua dari umur pena. sebelum Tuhan menciptakan manusia, pena tercipta lebih dahulu. pena itu adalah makhluk Tuhan pertama kali yang Dia ciptakan yang kemudian menuliskan sekenario kehidupan untuk alam jagat raya dan seisinya. segalanya berangkat dari sebuah pena.

oleh karna saya punya asumsi-opini yang dangkal ini. maka biarkanlah saya kembali menulis lagi.

Terimakasih kompasiana - salam damai dan sejahatera ....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline