Lihat ke Halaman Asli

Diam Bukan Lagi Emas

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Diam tidak akan membawamu pada emas. Emas hanya akan datang pada orang yang berusaha mencarinya. Keheningan tidak akan selalu mendatangkan kenyamanan. Kadang keramaian yg menyesakkan sangat di butuhkan. Yah, begitulah hidup. Gampang untuk berucap,susah untuk bertindak apalagi untuk di mengerti.

Aku. Aku bukan penganut paham diam adalah emas atau paham lainnya. Aku hanya menjalani hidup semampuku. Dan sebaik mungkin.

Aku sudah tidak pernah berdoa untuk mati lagi. Aku sudah tidak pernah mengutuk setiap gambaran kejadian dalam hidupku. Aku “menikmatinya”.

Tapi, kemarin aku menyadari betapa menyesakkannya hidupku. Karena kediamanku. Yah, aku terlalu diam. Bukannya pendiam. Aku hanya hobi diam. Diam, diam dan diam.

Aku tidak pernah terpikir untuk terus diam. Aku juga ingin bisa berbicara dengan semua orang. Berbicara sebebas-bebasnya. Katakan apa yg ingin aku katakan. Tapi, mulutku sudah mulai terbiasa untuk terkunci. Dan dia sudah menelan kuncinya, tanpa berniat untuk mengembalikannya padaku. Ketika aku mau berucap, namun dia tidak menghendaki, jadilah aku patung dengan mulut terkatup. Sungguh ironis bukan?

Semenjak semester 3 ini, aku uring-uringan. Apa yg harus kau lakukan agar aku tidak diam? Selayaknya seoarang mahasiswa bahasa aku harus banyak bicara. Mengoceh tentang semua hal agar kemampuan bahasaku makin bagus. Tapi, yah aku selalu diam. Di kelaspun aku selalu diam. Hingga teman-temanku kadang mengabaikanku.

Di akhir ceritaku ini, aku ingin sedikit berucap. Bukan berpesan, sekedar menyampaikan sedikit kata-kata dari orang yg diam ini. Buku yg pernah aku baca berkata begini : “ Diamlah ketika kamu ingin bicara, dan bicaralah ketika kamu ingin diam”. Satu kalimat yg bisa direnungkan bersama. Karena aku sendiri masih tidak mengerti maksud dari kalimat itu. Namun, intinya hanya satu. Diam tidak selalu emas, emas itu bisa berubah menjadi batu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline