Lihat ke Halaman Asli

Jefri Hidayat

Saya bermukim di Padang, Sumbar. Hobi menulis.

Samakah Nasib Ahok Dengan Aceng Fikri?

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mempercepat Basuki Tjahaya Purnama dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta akan mempermudah untuk diberhentikan lewat DPRD. Tidak hanya kasus hukum yang bisa menjadikan Kepala Daerah untuk dilengserkan, tapi etika pun jadi pijakan untuk dimakzulkan. Aceng Fikri merupakan salah satu contoh yang dapat dijadikan rujukan karena poligami dengan wanita belia lalu bicara kasar hingga berujung pemecatan.

Ahok memang dikenal bersih, tapi pernyataan Ahok yang kerap kontroversial dan cendrung kasar menjadikan alasan DPRD Jakarta untuk menyidangkan bekas Bupati Babeltim itu lewat interpelasi atapun pansus oleh rival politik yaitu Partai yang tergabung kedalam Koalisi Merah Putih atau disingkat dengan KMP.

Semestinya Ahok menjaga ucapanya agar lebih santun dan tertib seperti yang diajarkan ketika kita dibangku sekolah. Tapi lantaran Ahok didukung oleh media masa yang pro Jokowi dan LSM-LSM yang berhaluan liberal sikap Ahok itu tak kunjung berubah. Bahkan ia lebih mengedepankan ego ketika Jokowi terpilih sebagai Presiden.

Sikap arogan Ahok terlihat ketika dia merekomendasikan kepada Mendagri agar membubarkan FPI. Kontras  seperti dilansir di beberapa media online menilai sikap Ahok tersebut reaksioner. Jika rekomendasi itu dikabulkan oleh Mendagri maka kita kembali ke era Orde Baru. Yenni Wahid pun tidak setuju dalam pembubaran ormas meski Alm. Gusdur kerap dihina oleh FPI.

Kembali kepada masalah pemakzulan kepala daerah yang pernah terjadi pada kasus Bupati Aceng Fikri. Mungkin setelah tulisan terbit banyak yang protes, minimal tidak setuju karena member kompasiana umumnya adalah pro jokowi termasuk media Kompas group sendiri dimana tempat Kompasiana bernaung.

Apa salahnya Ahok merubah sikapnya selama ini. Tegas tidak harus kasar dan membentak-bentak atau menyerang orang lain. Alangkah baiknya pemimpin itu bersih tapi juga santun tentu akan lebih bernilai dimata publik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline