Lihat ke Halaman Asli

Jansori Andesta

TERVERIFIKASI

aku anak ketiga dari pasangan hazairin dan sawati. dari tahun 2005 aku mulai menyukai puisi (baca n tulis puisi). dan saat ini menulis adalah pilihanku.

Nasib Sekuntum Bunga

Diperbarui: 8 Juli 2023   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tertunduk sekuntum bunga
diam membisu
letih menanggung malu
dan rasa pilu
yang menumpuk menggunung
tiada lain karena nafsu
tertipu diri segala rayu
dendang nyanyian kumbang nan jalang
berhidung belang
licik bertopeng manis lelaku

teramat malu
selepas semua nyanyian rayu
pecah mahkota
dihempas sudah gejolak nafsu
sedang sang kumbang
berlalu saja tanpa ba-bi-bu
terbang melenggang dengan segala dendang
tiada lain
mencari kuntum bunga yang baru
sebagai korban rayuan tipu

aduhai nasib sekuntum bunga:
sansai sungguh
rapuh jiwa retak seribu
patah tangkai
tak lagi mampu tahankan malu
terpupur kelompok
di lumpur duka
hilang indah
hilang pula manisnya madu
hilang seluruh

dan kini,
berharap hanya sepasang tangan sudi terulur
pun sekadar hanya jadi pelipur

Muara Bangkahulu, 8 Juli 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline