kuambil sudah bayangmu, dinda
yang ada tertinggal di laman masa
lalu kupajang ia di ruang ingat
paling dekat
paling rekat
paling nyata
biar tak lepas dihempas gelombang rasa
yang kadang pasang kadang kandas
ke dasar hingga
egois memang, aku akui saja
sedikit memaksa
bertahan diri menekuri saja
serpihan bayang yang masih tertera
di bawah terik hawa curiga
yang menukik dan terasa pelik
di hamparan jiwa
hingga tak urung hati berpeluh resah bertahun lama
payah, kau hanya akan mengulang kekecewaan yang sama
rasa perih yang purba
bisik angin usil menerka
biar saja, tak jadi apa
kujalani lakon monolog yang tercipta
pun berulang
pada latar dan alur cerita
sebab pada deret panjang
cetak kalender
belum tertera jadwal berdua
berdiri pada panggung yang sama
soal sesal?
sudah, lupakan saja
tertera ia
pada lembar-lembar naskah yang berbeda
tak hendak kubaca
Bengkulu, 04 November 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H