Lihat ke Halaman Asli

Jansori Andesta

TERVERIFIKASI

aku anak ketiga dari pasangan hazairin dan sawati. dari tahun 2005 aku mulai menyukai puisi (baca n tulis puisi). dan saat ini menulis adalah pilihanku.

Pada Terik Teramat Sangat Siang Itu

Diperbarui: 21 Juli 2016   09:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

photo arsip pribadi

angin menjelma riuh
disela deru memburu kendara melaju
berkejaran melaju
semakin riuh
dan ranting-ranting terkepak jatuh
gugur daun-daun menguning rapuh

di bawah atap peneduh
duduk bersandar di kursi kayu
'menunggu'
begitu kata dugaanku
seorang pemuda dengan mata membuka sayu
menahan kantuk mungkin yang terlalu

terik teramat sangat siang itu
mengikis lapis tanah mencipta debu
menguras mata air memaggang batubatu
memaksa umat memeras peluh
panjangkan desah suara keluh
mengharap naung kan utuh meneduh

ya, terik teramat sangat siang itu
menambah gundah pemuda kian padu
masih di kursi kayu
membisu
dan tatap mata tiada dapat menipu
gelisah juga harap cemas ada benar melagu

lama menunggu
dan matahari mulai menuju ke ufuk jatuh
beranjak pemuda ke meja tunggu
sedikit enggan dan ragu-ragu
membuka buku pemasukan hariannya kurasa tentu
yang berisi catatan angka hanya beberapa ribu

hanya di luar masih, angin menjelma riuh
disela deru memburu kendara melaju

Bengkulu, 21 Juli 2016

Di sebuah rental jasa pengetikan yang masih sepi pelanggan seusai libur lebaran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline