angin menjelma riuh
disela deru memburu kendara melaju
berkejaran melaju
semakin riuh
dan ranting-ranting terkepak jatuh
gugur daun-daun menguning rapuh
di bawah atap peneduh
duduk bersandar di kursi kayu
'menunggu'
begitu kata dugaanku
seorang pemuda dengan mata membuka sayu
menahan kantuk mungkin yang terlalu
terik teramat sangat siang itu
mengikis lapis tanah mencipta debu
menguras mata air memaggang batubatu
memaksa umat memeras peluh
panjangkan desah suara keluh
mengharap naung kan utuh meneduh
ya, terik teramat sangat siang itu
menambah gundah pemuda kian padu
masih di kursi kayu
membisu
dan tatap mata tiada dapat menipu
gelisah juga harap cemas ada benar melagu
lama menunggu
dan matahari mulai menuju ke ufuk jatuh
beranjak pemuda ke meja tunggu
sedikit enggan dan ragu-ragu
membuka buku pemasukan hariannya kurasa tentu
yang berisi catatan angka hanya beberapa ribu
hanya di luar masih, angin menjelma riuh
disela deru memburu kendara melaju
Bengkulu, 21 Juli 2016
Di sebuah rental jasa pengetikan yang masih sepi pelanggan seusai libur lebaran
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H