Lihat ke Halaman Asli

Jansori Andesta

TERVERIFIKASI

aku anak ketiga dari pasangan hazairin dan sawati. dari tahun 2005 aku mulai menyukai puisi (baca n tulis puisi). dan saat ini menulis adalah pilihanku.

Sesaat di Pemakaman

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

rumput basah, aroma tanah merah
gerimis melengkap remang cuaca
gigil tubuh memeluk nisan
enggan beranjak
dan mata air air mata deras memecah sebak
payung-payung hitam yang sedari mula bungkam
perlahan, satu persatu beranjak
menjauh
semakin jauh dan hilang kemana entah
setiap jejak tertentu arah

masih tercium jelas aroma sakral
saat seonggok jasad kaku diusung tanah
diantarkan doa-doa kudus
tangis dan untaian kata duka
bela sungkawa
dari para peziarah yang ada sempat turut serta
mengarak keranda
entah kerabat entah sejawat
entah kenalan semata

ya, sebatang kara kini seorang bocah
lanjutkan hidup tanpa orang tercinta
tanpa sesiapa tempat bermanja
tempat bercerita
berbagi segala kisah
segala keluh kesah
segala apa yang mungkin ada didapatinya
tanpa ragu
tanpa rasa malu ungkapkan segala

rumput basah, aroma tanah merah
gerimis melengkap remang cuaca
gigil tubuh memeluk nisan
enggan beranjak
pun hanya setindak mengayun langkah
seorang bocah
kini hidup sebatang kara

Bengkulu, 22 April 2015

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline