Lihat ke Halaman Asli

Jansori Andesta

TERVERIFIKASI

aku anak ketiga dari pasangan hazairin dan sawati. dari tahun 2005 aku mulai menyukai puisi (baca n tulis puisi). dan saat ini menulis adalah pilihanku.

Tragedi Si Pasak Bumi

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1392332601752559482

belum usai terurai duka sinabung
gelegak si kawah kelud jua kini menyambung
hadirkan cerita pilu berbalut kabung
pada harap cemas hati insani kalut dan bingung

sungguh, hampir tiada jeda waktu menikung
hingga tak elak rasa jiwa terkungkung
coba berdiri fikir dan hati ‘kan segera limbung
hilang senyum hilang segala manisnya lengkung

o... tiada hitung tercabut pasak segala bendung
buyarkan isi buncah membumbung ke langit agung
gugur mengguyur serupa hujan lava dan abu di segala lingkung
segala penjuru segala sudut rata terkepung

amarah gunung tunaikan titah segala agung
hilangkan seri hilangkan wangi sejauh hitung
kejutkan nadi guncangkan raga merapuh terasa canggung
terkalang kabut melangkah kaki mencari lindung

ya, kini tragedi si pasak bumi tak tanggung-tanggung
ingatkan diri hanyalah debu kecil mengapung
di muka bumi dalam genggaman Segala Junjung
tiada daya habis kuasa membuat apa sebagai bendung

lagi, belum usai terurai duka sinabung
gelegak si kawah kelud jua kini menyambung
hadirkan cerita pilu berbalut kabung
pada harap cemas hati insani kalut dan bingung

Bengkulu, 14 Rabi'ul Akhir 1435 H

Gambar : Edit
Sumber : www.dw.de dan www.semprotin.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline