selama gembur subur tanah masih ada untuk bertanam
selama semangat juang dalam diri masih ada digenggam
walau luap genangan kedukaan selalu coba merendam
walau di tepian azam menganga jurang nan dalam
walau kobaran api amarah dan dendam
seolah tiada 'kan pernah sempat redam terpadam
ini nusantara, tanah air kita tempat mengalir darah-darah kita
tempat menetas keringat dan air mata kita
tempat tumbuh kembang jiwa dan raga anak cucu kita
‘kan tetap jadi milik kita yang sah tiada terbantah
hari ini, besok, dan sampai kapan pun juga
sampai berpisah ruh-ruh kita dari rapuhnya raga
jangan pernah terenggut pun hanya segenggam
oleh tangan-tangan durja yang ada tak pernah diam
jangan pula biarkan tercemar oleh segala kenistaan yang menghitam
yang ada serupa genang kubangan lumpur dalam
menebar amis teramat tajam
menusuk nafas hidup hingga rongga-rongga terdalam
pertahankan, pertahankan dengan segenap mampu yang ada
pun tiada urung akan terguris luka
pun akan terjerat pasung hingga jasad menyatu dengan tanah
pun berteman akhirnya dengan segala siksa
pertahankan tanpa banyak berkata-kata
dengan kebanggaan yang terpancar nyata di setiap ayunan langkah
ya, selama gembur subur tanah masih ada untuk bertanam
selama semangat juang dalam diri masih ada digenggam
ini nusantara, tanah air kita tempat mengalir darah-darah kita
tempat menetas keringat dan air mata kita
‘kan tetap jadi milik kita yang sah tiada terbantah
hari ini, besok, dan sampai kapan pun juga: terucap dalam sumpah
Bengkulu, 28 Maret 2015
dalam gejolak jiwa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H