Lihat ke Halaman Asli

Jansori Andesta

TERVERIFIKASI

aku anak ketiga dari pasangan hazairin dan sawati. dari tahun 2005 aku mulai menyukai puisi (baca n tulis puisi). dan saat ini menulis adalah pilihanku.

Di Laman Demokrasi

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

selembar daun terlepas dari ranting-ranting politik
jatuh tersungkur
menguning dan lebur tinggalkan putik
buah kepentingan
ambisi yang sempat terbetik

ya, jasad rapuhnya tak lagi mampu
menahan gelombang
terpaan angin pertentangan
yang terus meneriak kata bantah
di sepanjang ruas-ruas jalanan berdalih perjuangan

di laman demokrasi itulah akhir jasad tertanam
lelap di bawah sanjungan
berselang kata benci
bercampur sebagai pohon ingatan
berbuah umpat juga pujian

dan lembar-lembar barupun bermunculan
bersama cita
yang tiada ubah tertera pada guratan
tingginya angan dan keinginan jauh mengakar
berebut kata dukungan dari setiap hembusan

entah kawan
siapa lagi nantinya yang akan menjadi korban
ketika musim
kembali hadirkan hawa panas
beraroma buas gelenjit nafsu dan kepentingan

alur cerita tiada terbaca
bersama permainan genit cuaca yang ada
selalu dengan mudah berubah rupa
di laman demokrasi
yang ada semakin diagung-agungkan

Bengkulu, 291114

di bawah mendung memintal angan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline