Lihat ke Halaman Asli

Garuda dan Islam Nusantara

Diperbarui: 13 Agustus 2015   15:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perjalanan 17 jam di atas udara tak terasa melelahkan, kursi yang bisa di stel sesuai keinginan hingga fasilitas dan pelayanan kelas satu menjadikan semua terasa menyenangkan. Garuda memang tidak kalah dengan maskapai penerbangan lain, bahkan pada tahun ini saja, seperti yang kudengar dari Pak Jubi, sudah menyabet penghargaan the best cabin dan sekaligus menempatkan Garuda sebagai top ten flight in the world.

Wow, ikut berbanggalah punya penerbangan karya anak bangsa yang mendunia. Dan yang bikin aku tambah bangga, bukan hanya menu kuliner khas Indonesia (seperti ikan teri kacang, semur daging, nasi ulam, tempe, lalap urap) yang ditawarkan tapi juga suguhan ragam acara mulai dari Film Indonesia, Music sampai Program Televisi. Nah, salah satu acara televisi yang ditayangkan di sini adalah "Islam Nusantara".

Garuda Indonesia sejak dulu memang aktif menampilkan khas Nusantara, bukan hanya ornamen batik pada seragam awak kabin, tetapi juga keramahan, kebersahajaan dan keterbukaan dalam melayani, pada bagian itu pula saya rasa suguhan acara "Islam Nusantara" dimaksudkan.

Sebagai bangsa besar dengan mayoritas penduduk beragama Islam serta dalam upaya memperkenalkan Islam kepada para turis mancanegara, program acara Islam Nusantara menjadi sangat penting. Program ini dibuka dengan narasi yang sangat bagus, "Islam, salah satu definisinya adalah berserah diri kepada Tuhan. Islam Kafah diterima penduduk nusantara secara damai sejak abad ketujuh masehi. Kekuatan politik kerajaan yang ada di Nusantara mendukung masuknya Islam menjadi perubahan budaya secara masal. Jejak kebudayaan Islam Nusantara berkembang di ujung utara Pulau Sumatera, Aceh."

Nah, membaca narasi ini saya rasa sudah amat gamblang dan terang sekali mengenai konsepsi Islam Nusantara yang belakangan masih dipertentangkan oleh sekelompok kaum pandir yang didatangkan dari tanah Arab, beberapa pribumi cetakan domestik juga mulai ikut-ikutan tanpa pengetahuan yang memadai.

Islam Nusantara sama sekali bukan entitas teologis, ia merupakan ciri khas dan karakteristik budaya yang menyuguhkan spirit persaudaraan, gotong royong, keramahan dan toleransi yang indah, seperti awak kabin pesawat Garuda Indonesia yang gak berhenti senyum setiap melintasi kursiku... 😀😂

Garuda Indonesia tentu saja tidak sedang disusupi oleh Jaringan Islam Liberal atau dikuasai oleh Nahdhatul 'Ulama atau oleh penggiat Islam Nusantara di jagat Sosmed, sama sekali tidak ada kaitannya. Garuda Indonesia sebagai Maskapai Penerbangan terbaik yang dimiliki bangsa ini menyadari bahwa sebagai salah satu transportasi yang menghantarkan banyak orang asing ke bumi Nusantara, Garuda turut bertanggung jawab menyuguhkan informasi yang tepat tentang Indonesia dan salah satunya adalah Keislaman yang telah mengakar kuat sejak berabad-abad silam. Sejak dari samudera pasai hingga kerajaan Deli di Istana Maimun, Islam Nusantara disuguhkan lewat peradaban yang sangat kaya, termasuk budaya pembacaan "Ratib Ahad" pada setiap malam Jum'at.

Sesungguhnya, program religi ini sudah sangat lama, jauh sebelum isu Islam Nusantara diramaikan oleh Media, ini membuktikan bahwa gagasan Islam Nusantara dulunya dapat diterima tanpa konflik lalu belakangan dibelokkan orientasinya oleh sekelompok orang di Bumi Nusantara ini yang tidak menyenangi ukhuwwah (Persaudaraan) dan malahan menghendaki khushûmah (permusuhan).

 

 

wallâhu A'lam

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline