Impian mungkin adalah hal yang membuatku bisa ke tempat ini. Dari masjid kampus ini aku bisa memandagi pohon-pohon hijau yang menghiasi kampus. Kampus Universitas Islam Sultan Agung, Semarang. Yah,, Semarang, ibu kota jawa tengah, disinilah sekarang saya akan menghabiskan waktu untuk memuaskan dahagaku akan ilmu pengetahuan. Semarang salah satu kota di pulau Jawa. Pulau Jawa adalah tujuan saya untuk melanjutkan pendidikan setelah lulus SMA. Bahkan sejak kelas satu SMA aku sudah memimpikannya.
Impian saya untuk bisa kuliah di jawa mungkin adalah hal yang aneh bahkan asing bagi orang-orang di desa saya. Maklumlah, sebagai desa terpencil di ujung Pulau Buton, Sulawesi, tidak banyak orang yang berpikir tentang pendidikan. Pola pikir masyarakatnya sangat sederhana, bahkan anak muda sekalipun. Setelah lulus SMA, maka saatnya mencari uang untuk membangun rumah keluarga.
“setelah lulus SMA nanti kamu mau kemana?” tanya salah seorang tetangga.
“aku ingin kuliah di Jawa,” jawabku.
“Apa? Kuliah di Jawa, nggak salah tuh?” begitulah ekspersinya ketika saya menjawab akan kuliah.
Aku paham dengan keharanannya. Bahkan aku juga paham kenapa banyak orang yang juga teman-teman sekolahku tidak berpikir untuk kuliah. Ekonomi adalah masalah yang harus kami hadapi. Di desa orang hanya bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak ada uang yang tersimpan untuk biaya anak-anak kuliah. Masalah ekonomi ini membuat kami harus membantu ekonomi keluarga. Makanya kebanyakan dari kami setelah Lulus SMA akan merantu. Entah ke Ambon, pulau Buru, ataupun Kalimantan. Semua itu dilakukan untuk mendapatkan uang, agar bisa membantu ekonomi keluarga. Paling tidak bisa memperbaiki kondisi rumah di kampung. Yang pada awalnya masih rumah panggung dari kayu bisa di ganti dengan rumah dari batu bata.
Setelah aku naik kelas 3 SMA kusampaikan keinginanku untuk kuliah di Jawa kepada ibuku.
“Bu, sekarang aku udah kelas 3. Nanti kalau aku lulus aku ingin kuliah di Jawa. Bagaimana menurut ibu?”
Ibu diam tidak menjawab. Dia malah membelakangiku. Aku tahu ibu menangis. Entah iu menangis karena tidak ingin aku pergi jauh atau karena memikirkan biaya untuk kuliah. Tapi aku yakin, ibu menangis karena memikirkan uang.
“Ibu juga ingin melihat kamu kuliah nak. Tapi lihatlah keluarga kita. Kamu bisa sekolah SMA ja ibu sudah bersyukur. Kalau kamu kuliah mau pakai uangnya siapa.”
Setelah mendengar jawaban ibu aku mulai memikirkan ulang tentang impian kuliah. Apa iyah aku harus kuliah. Bukannya kebanyakan teman-teman juga tidak kuliah. Bukankah sebaiknya setelah lulus nanti aku kerja. Merantu ke pulau Buru cari daun Pohon minyak kayu putih untuk di jual. Uangnya nanti bisa bantu ekonomi keluarga. Paling tidak ibu tidak akan menangis lagi. begitulah pikirku.