Lihat ke Halaman Asli

Surat untuk Tanggal Lima

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Untuk mu tanggal lima

Aneh sekali rasanya, tak tahu juga, ini apa namanya?

Merasakan jantung berdegup kencang

Lidah terbata-bata

Grogi dibuatnya.

Hanya sekedar bercengkrama selepas tengah malam

Sambil berjalan hendak pulang kerumah,

Jalanpun berpasangan namun berjauhan dan mulai mengecilkan langkah.

Berjalan beriringan sambil tetap berfikir untuk memadu-padankan kata

Mengolah kata menjadirasa.

Berusahauntuk bisa saling menatap, tapi mata belum mampu berucap.

Tidak terlalu lama juga menapak jalan beraspal

Hanya hitungan belasan menit saja

Hingga sampailah disudut jalanan.

Emmm… bingung hendak berucap

Begitulah sipengemis terlihat dibahu jalanan

Tampak bodoh memang.

Pekerjaan pun dimulai!!!

Meminta-minta…

Iyah,

sipengemis mulai meminta

sesuatu yang dulu dia memang pernahmiliki bersama.

Permohonannya tidak terlalu aneh bagi dia

Hanya ingin memberikannya sebuah kejutan

Bisa mengajaknya melihat bulan bersama sambil makan-jajanan kesukaan.

Emosi bercampur-aduk, tapi hati tetap dingin dan tenang

Emm… tampaknya akan sulit, karena pengaturan waktu yang tidak pasti.

Kira-kira begitulah jawabannya.

Terlalu berharap pun tak baik jadinya

Pasti kecewa muncul jadinya

Cukup puas dengan jawabannya

Kini pengemis baru tau rasanya

Ketika tidak ada baru tau betapa sulit mendapatkanya

Hampir mirip rasanya,

Ketika seminggu yang lalu menapaki jalur berbatu bercampur pasir

Menuju Puncak Garuda Gunung Merapi.

Perlu kekuatan dan kesabaran memang.

Akh..sudahlah Puncak Garuda berhasil sudah terpijak

Sulit memang tapi harus dilalui.

Puncak yang satu ini beda,

Beda dari yang sudah pernah didaki Semeru,Rinjani bahkan Kerinci

Jalur pendakiannya pun lebih sulit, perlu bekal dan persiapan yang matang

Semuanya harus lebih: lebih sabar, lebih kuat, lebih mengerti.

Seketika mata inimulai berucap

Saling berpandangan berusaha menyorot bola mata.

Mencoba lagi untuk meminta

Keberanian pun mulai bertumpuk

Laksana Garuda yang sedang terbang

Sambil menurunkan kepakan sayapnya

Seraya berpegang pada keyakinan

Kemudian mencengkramkan kaki-kakinya pada batu harapan

Sambil menyatukan telapak tangannya

Menghadapkan tangannya keatas membentuk stupa

Hingga ditempelkan kedada

Sambil terus memohon dan Berharap

Untuk bisa lalui malam bersama,

Karena yakin esok tanggal lima, malam pasti cerah

bulan akan terlihat lebih besar dan sinarnyaterangikegelapan malam .

Hahahhahaha… Pengemis macam apa ini?

Memang terlihat Tampak bodoh

Bagaipungguk merindu bulan (yang hilang)

Masih saja Berharap ada Garuda terbang

Membawanya terbang, mendapatkan bulannya.

Semoga Tuhan mendengar permohonan tulus dari pengemis ini,

Amien…

Iriel

04 mei 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline