Lihat ke Halaman Asli

Entahlah

Diperbarui: 3 Agustus 2015   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sangat bersyukur atas segala nikmat yang diberikan tuhan yang maha kuasa kepada manusia yang tak bisa berbuat apa tanpa rahmatnya, menurutku manusia memiliki semuanya tapi tak memanfaatkan untuk hidup bahagia (tanpa tekanan), tanpa stres, sehat walafiat, penuh perhatian yang diberikan oleh keluarganya, maknai.

Teman-temanku pernah mengatakan kalau saya memiliki cukup faktor pendukung dalam segala bidang tapi entah jika saya sadari, saya masih merasa terjajah, belum bebas menguasai diri, rasa takut lebih mendominasi dalam diri.
Sebenarnya, sebaiknya itu bagaimana ?
Saya terkadang memikirkan untuk lari dari kenyataan, tapi kenyataan yang ku harapkan selalu menghindar dari hidup, bukannya saya tidak bersyukur, tapi saya cuma merasa tidak mempercayai diriku sendiri.

Sekali lagi saya sangat bersyukur karena masih bisa menulis, merasakan segalanya, kelima indera ini masih bisa dikatakan berfungsi sebagaimana mestinya, menpunyai tempat tinggal yang bisa dibilang lebih dari kata nyaman, serta keluarga dan sahabat yang terkadang membuatku berani menghadapi semua.
Masalah percaya diri, adalah poin penting dalam kehidupan dan persaingan, perlu diingat percaya diri yang sangat berlebihan itu bisa membuat segalanya menjadi kacau, tapi jika terlalu rendah hati tingkat maksimal akan mengakibatkan rendahnya diri kita.

Ada juga yang berpendapat bahwa seseorang mempunyai peluang  besar menjadi gila apabila dihadapkan dengan berbagai masalah dan diperparah lagi jika dihadapkan dengan berbagai orang jenius yang tak mempunyai kesadaran dan pertanyaannya, adakah seseorang yang mampu menunjukkan atau membuktikan bahwa dirinya mempunyai kesadaran ?.
Tiba-tiba saya teringat obrolan seniorku yang membahas masalah sperma, obrolan tentang usaha 1 milliar sel, proses kita menjadi manusia dimulai dari sperma berlomba-lomba menuju ke Ovum, diobrolan tersebut juga disangkut pautkan dengan prinsip manusia hidup dimuka bumi, saya tidak begitu paham tapi pertanyaan yang baru muncul ketika sehabis dan saya sudah dijalan pulang menuju ke rumah, pertanyaannya, apakah sperma tersebut memiliki kesadaran, akal atau pikiran ? menurut saya tentang proses tersebut merupakan kejadian yang alami, yang sudah semestinya terjadi bagi proses reproduksi manusia, menurutku tidak ada sangkut pautnya dengan manusia yang lebih baik lagi dengan sperma.
Dan saya rasa orang tua kita tidak berharap anak yang dilahirkannya menjadi manusia yang tercepat di dunia, jika harapan saya kelak jika hendak memiliki keturunan Amin, saya akan berharap anakku menjadi manusia yang berguna bagi keluarga ataupun di lingkungannya dan hidup dengan kebaikan dan kebenaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline