Lihat ke Halaman Asli

Indahnya Desaku yang Tak Ter-Ekspose Publik | by Penerjemah Tersumpah

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13832031211000656873

Indahnya Alam sekitar desaku yang belum tersentuh publik, Andai saja semua tahu pasti akan banyak wisatawan yang berdatangan.. Ya, dibawah adalah beberapa gambar Alam desaku, Letaknya tepat di bawah kaki gunung , Matahari yang hangat, Canda tawa sahabat, Air sungai yang jernih & bersih ( Dapat digunakan untuk mandi ), Kicauan burung yang sembari joget, Aktivitas petani yang ramah, Bukit-bukit yang indah bersahabat, dan Udara yang segar dengan kadar polusi yang sangat-sangat rendah sekali. Meski hidup dengan kesederhanaan tetapi penduduk asli merasa cukup berbahagia, meski mereka hanya makan seadanya dari hasil pertanian sendiri. Coba bayangkan dengan hiruk pikuknya kehidupan di kota khususnya Ibukota yang penuh dengan kebohongan, apalagi mereka-mereka yang berdasi rapi dan mereka-mereka yang selalu muncul di televisi. Udara yang kotor penuh polusi, Penyakit hati yang bermunculan setiap hari, tidak semuanya dengan kebahagiaan tentunya belum tentu mereka dapatkan semuanya ( Baca juga : Penerjemah Tersumpah ). Kita tidak buta dan tidak tuli pula, setiap hari bermunculan tragedi/masalah yang menyangkut pelanggaran hukum HAM, namun dibalik itu semua ada keuntungan sendiri untuk orang-orang tertentu. Dibandingkan dengan kehidupan kota di desa adalah tempat ternyaman untuk sebagian orang, tahu kenapa ? coba anda bandingkan sendiri. Berbicara mengenai Desaku yang indah belum tersentuh wisatawan disini ada banyak tempat-tempat menarik, contohnya adalah seperti Hutan, Bukit, Alam pertanian, Sungai yang Jernih, dan lainnya bahkan tentang cerita-cerita mistis seperti dongeng/mitos penduduk sekitar.

1383203229519467500

Tahukah anda berbicara bukit-bukit tinggi dan Hutan-hutan tua ? Di daerah kami terdapat deretan hutan tua yang konon cerita warga ada penunggunya, yaitu mahluk jadi-jadian Manusia berkepala Kuda, Ular Hijau sebesar pohon kelapa, Makam keramat titisan para wali, Goa Lawa ( Lawa = Kelelawar ),dan isi hutan yang benar-benar hutan tua yang konon dulu ada tempat/desa peninggalan pemberontak Tentara DI ( Darul Islam ), dikawasan itu memang benar-benar desa mati yang penuh pepohonan dan tanaman penghasil makanan pokok masa itu, seperti: Pohon pisang, Pohon Pete, Jengkol, nangka, durian, mangga, rambutan dan lainnya. dan diujung hutan tua itu juga terdapat beberapa macam hewan yang sesekali waktu turun ke desa, seperti : Macan, Babi hutan, Monyet merah ( Orang Utan ), dan macam-macam burung, ular, anjing liar. Dan Sungai-sungai yang jernih yang sangat bermanfaat untuk warga sekitar yang tidak ketinggalan pula cerita mistisnya Buaya Putih jadi-jadian, yang konon memakan korban warga yang mandi disungai. Alam pertanian yang subur, sangat indah diwaktu pagi hari dengan udara yang segar, matahari yang hangat, nyanyian burung dan kodok sawah,Kerbau dan sapi,kambing direrumputan hijau, aktivitas petani yang ramah dan apalagi jika menyantap makanan ditengah-tengah persawahan diantara aktivitas mereka sungguh indah dan menyenangkan ( Baca juga : Jasa Penerjemah ). Bayangkan jika kita tersesat disinipun kita tidak akan mati kelaparan dan hidup seperti gembel jalanan beda halnya dengan di kota. Dengan semua itu hendaknya kita bisa selalu berpikir secara positive tentang arti sesungguhnya kehidupan, Untuk apa kita Hidup dan Untuk siapa kita Hidup. Salam, Terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline