Ketika tampil di Stadion Tambaksari Surabaya 18 Juni 1958, PSM mengalahkan Persija 5-3. Frans Jo membuka kemenangan PSM pada menit ke-1, disusul Ramang pada menit ke-2. Gol ketiga pada menit ke-49, tidak diketahui pencetaknya. Ramang kembali menjaringkan gol keduanya pada menit ke-84 dan Frans Jo menjaringkan gol keduanya tiga menit sebelum pertandingan usai.
Pertandingan berikutnya dilaksanakan di Stadion Ikada Jakarta 25 Juni. PSM mengalahkan PSIS 2-1. Pertandingan rupanya dilaksanakan dengan sistem away. PSM harus ke Semarang menghadapi tuan rumah. PSM kembali merebut kemenangan, 3-2. PSM tampil sebagai juara dan runner up Persib Bandung.
Kelebihan Ramang sebagai pemain bola nyaris komplit. Rauf, anaknya, menilai, kelebihan ayahnya seperti yang dia saksikan adalah, ketika lari men-dribling bola, dia bisa langsung menembak. Kalau bola sudah mengarah ke gawang, meski di luar kotak 16, si kulit bundar pasti menggetarkan jala lawan.
Ramang pernah memperoleh penghargaan kelas satu PSSI pada tahun 1960 bersama beberapa pemain lainnya, seperti Tan Liong Houw, Aaang Witarsa, Thio Him Tjiang, Kwee Kiat Sik, Chaeruddin Siregar, Maulwi Saelan, Phoa San Liong, Rukma, Djamiat Dalhar, Omo Soeratmo, dan Sidhi. Kemudian mereka juga memperoleh medali emas PSSI pada tahun 1973.
Beberapa pemain PSM juga masuk dalam tim Pre-Olimpic tahun 1960. Pemain-pemain itu, Ilyas Haddade dan Sampara. Keduanya bergabung dengan Paidjo, Yus Etek (kiper), Thio Him Tjiang, Fattah Hidayat, Kwee Kiat Sek, Tan Liong Houw, Aang Witarsa, Phia Siang Liong, Omo Soeratmo, Hengky Timisela, Adde Dana, Rukma Sudjana, Parhim dan Surjadi. Ternyata hasil tim ini mengecewakan. Pada pertandingan perdana di Calcutta Indonesia menelan kekalahan 2-4 atas India. Ketika bertanding di Jakarta, timnas Indonesia pun tidak mampu menahan keperkasaan India dan terpaksa takluk 0-2 di depan publiknya sendiri..
M.Basri, yang pada tahun 1965 pernah membela PSM bersama Ramang mengatakan, secara teknis, dia di atas rata-rata. Fisiknya cukup. Ramang bisa mengatur dirinya sendiri di lapangan. Otomatis dia mampu merangkai gerakannya sendiri. Improvisasinya di lapangan sangat luar biasa begitu melihat posisi teman-temannya yang lain. Terutama mengantisipasi pergerakan dua anggota trio yang lain. Sebab, kalau Suwardi atau Noorsalam dapat bola, sasarannya hanya dua. Kalau bukan Noorsalam pasti Ramang. Persoalannya, mengapa pemain lawan tidak mengawal kedua pemain jangkar itu?
Menurut sejumlah narasumber, Suwardi memang selalu berhasil menghipnotis pemain lawan agar merubungnya saat membawa bola. Dalam kondisi seperti ini, Noorsalam dan Ramang sudah siap. Dalam sekejap bola beralih. Kalau Ramang yang menerima bola, urusannya sudah beres. Gol.
''Saya belum pernah melihat pemain yang tembakannya begitu akurat dan keras sekelas Ramang,'' kata Basri, diwawancarai 29 Juni 2010 di Makassar.
Meski dia pemain alam, speed-nya luar biasa. Kalau dia mau mencetak bola, susah dibendung. Dia sangat brillian.Hanya ada kekurangannya. Kalau dia mau 'makan' orang, pasti kejadian. (lihat komentar M.Basri).
Basri maupun Yopie Lumoindong, sama-sama menunjuk kehebatan Ramang yang tak tertandingi, yakni ketika melakukan tendangan pojok. Kalau dia mengeksekusi tendangan pojok, sering bola langsung masuk ke jala lawan. Dalam dua kali tendangan pojok pada satu pertandingan dan dari arah yang berbeda, dua-duanya menggetarkan jala lawan. (lihat juga komentar Piet Tio).