Lihat ke Halaman Asli

Mencari Nama Tuhan keseratus….

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock



pada dasarnya ketidaksempurnaan itu, adalah kesempurnaan itu sendiri.

Ditengah kemelut perkembangan zaman yang semakin berubah,,sains telah berkembang pesat,tiba-tiba muncul sebuah pemikiran, manusia kadang lebih pintar dari apa yang mereka ciptakan sendiri.

Dunia masa lalu, gaungnya sudah tak terdengar lagi, padahal dunia masa lalu adalah perwujudan dari dunia zaman sekarang, tetapi begitulah manusia memang sulit untuk belajar dari pengalaman sendiri dan terkadang sering terjerumus kepada kesalahan yang sama.

Umat manusia berjalan dan terrruuusss berjalan menyusuri kemungkinan-kemungkinan yang belum pernah terungkap, tanpa terkadang mampu memberikan jawaban tentang kemungkinan-kemungkinan tersebut. Fenomena ini mengisyaratkan telah sampai manakah manusia modern mencapai puncak kesadaran mereka, tentang alam semesta dan kemampuan mereka untuk menemukan exsistensi karena pada kenyataannya hanya manusia yang tidak mengenal proses yang tidak mampu berexsistensi.

Manusia modern di tantang oleh kesadaran mereka sendiri tengtang fungsi kehadiranya untuk menjalankan amanat kekhalifahannya. Dan pada dasarnya amanat kekhalifahan itu tidak akan pernah terwujud, jika manusia itu sendiri tidak menyadari bahwa kekhalifahan itu ada di dalam dirinya sendiri.

Sejarah telah membuktikan bahwa umat manusia tidak membutuhkan kekerasan dari luar untuk melejit kelangit ketinggian,melainkan membutuhakan kekuatan yang konsatan dari dalam diriuntuk melawan dan menundukan diri sendiri (Ego). Kerelaan untuk mematikan ego kecil salah satu usaha agar ego yang besar mampu menempatkan dirinya.

Cerita tentang Roro Jongrang yang menuntut kepada pelamar supaya menyiapkan 1.000 patung dalam waktu semalam,tak berhasil dipenuhi oleh Bandung Bandawasa yang hanya sanggup menciptakan sebanyak 999 buah. Dan akhirnya ia sendirilah yang sanggup menggenapkan dengan menjelmakan dirinya menjadi sebuah patung. Dan Nabi kita Muhammad menyampaikan bahwa Asmaul Husna itu 99 dan beliau sendirilah yang menggenapkannya menjadi seratus.

Kesadaran diri kita sebagai wakil Tuhannlah yang mampumenggenapkan dari sifat-sifat-Nya mungkin begitulah kiranya pemahaman yang ingin di sampaikan dari buku “lantai-lantai kota” karya Muhammad Zuhri.

*Merenung….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline