Korban-korban dari pinjaman online (pinjol )yang meregang nyawa maupun yang bunuh diri satu persatu mulai muncul permukaan. Terakhir, sekeluarga mulai dari ibu dan anaknya berusia 3 tahun hingga suaminya ditemukan dalam kondisi bunuh diri di Cirendeu, Tangerang Selatan. Ditengarai penyebab bunuh diri sekeluarga itu adalah masalah pinjol atau pinjaman online
Apakah yang salah dengan Pinjol?
Awal mulanya didirikan pinjaman online yang terdaftar di OJK secara resmi itu adalah bisnis yang menjembatani mereka yang tak bisa akses untuk mendapatkan pinjaman dari bank.
Jika pinjam bank segudang kriteria mulai dari izin usaha, finansial statement selama hampir 3-5 tahun sampai bisnis plan untuk tujuan pinjaman.
Dengan sulitnya akses pinjaman lewat perbankan, timbullah usaha pinjaman online atau Fintech P2P Lending. Para pebisnis Fintech P2P atau pinjaman online mulai menjamur karena mereka bisa memulai bisnisnya dengan platform digital yang mudah diakses di era internet dengan penduduk Indonesia yang sudah 75% berinternet. Persyaratan untuk pinjam sangat mudah, tinggal menyerahakan KTP, KK, NPWP dan slip gaji. Dengan demikian setiap orang dengan mudah akses produk keuangan yang makin popular ini.
Sayangnya, kemudahan persyaratan Fintech atau Pinjol tak diiringi dengan pengetahuan dan literasi tentang pinjol itu sendiri.
Mereka , baik yang berbisnis maupun yang bekerja sebagai pekerja, ketika menghadapi kesulitan keuangan atau butuh dana tunai, menggampangkan untuk pinjam online sebagai sumber dana dari masalah yang dihadapinya.
Mereka belum menyadari sepenuhnya apa konsekuensi dari mudahnya PInjol ,
Akhirnya terjadilah musibah , ketika tenor waktu pinjaman yang sangat tiba, mulailah teror dari debt kolektor datang . Mulai dari yang halus kata-katanya, sampai berupa ancaman untuk menyebarkan data pribadinya dan data pinjaman kepada "circle terdekat" hingga ke keluarga, ke tempat pekerjaannya.
Kepanikan timbul dan mereka yang masih berpikir waras, mencoba mencari pinjol yang lain untuk pinjol pertama. Tapi bagi mereka yang sudah stres dan depresi, tak mampu mengelola dan mencari solusi yang lain, menganggap bunuh diri satu-satunya solusi.
Literasi tentang Pinjol
Sungguh sangat memprihantikan ketika dilansir dari OJK bahwa tingkat literasi keuangan secara industry hanya 10,90% di tahun 2022. Masih dianggap rendah tingkat literasi keuangan tentang pinjol.