Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Kesuksesan Anak di Masa Depan: Pentingnya Keseimbangan Akademik dan Keterampilan Hidup

Diperbarui: 14 Oktober 2024   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

source:  freepik.com

Hampir setiap orangtua menginginkan kesuksesan anak-anaknya di masa depan. Kesuksesan apa yang diinginkan oleh orangtua?  Tentu perpektif kesuksesan Anak beda dengan orangtua.. Umumnya, orang tua ingin anaknya sukses secara mandiri dalam keuangan.

Di era kini  orang tua yang menginvestasikan dana sebesar-besarnya  untuk kebutuhan biaya akademik anak-anaknya.   Bahkan, mereka tak segan untuk menghabiskan waktunya untuk bekerja membanting tulang supaya dana bisa terkumpul untuk biaya akademik anak-anaknya. 

Sayangnya, ada kondisi kontradiktif dari orang tua yang tak pernah menyiapkan masa depan anaknya melalui akademik.  Saya tak pernah bertemu dengan orang tua tersebut sebelumnya. Tetapi justru saya dipertemukan dengan dua anak muda yang tak punya orang tua lagi.

Ketika saya tercengang melihat kondisi 2 anak perempuan yang masih muda tapi tak punya pendidikan maupun keterampilan dan sekarang dalam kondisi yang bergantung kepada orang lain dan juga sedang dalam kesulitan keuangan.

Pelajaran orang tua yang tak mempersiapkan anaknya dalam bidang akademik

Setahun terakhir ini saya  dekat dengan dua anak perempuan usia 30-an.  Seorang bernama  Berta (bukan nama sebenarnya), seorang yang lain bernama Lina (bukan nama sebenarnya)

Berta adalah seorang anak yatim piatu.  Ketika Berta masih kecil, kondisi keuangan keluarganya sangat terjamin karena ayahnya sebagai lulusan MBA dari Amerika punya posisi penting di perusahaan perminyakan asing. Ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Tanpa disangka, ketika Berta menginjak usia 14 tahun, ayah Berta terkena penyakit kanker nasofaring.  Dalam waktu yang sangat singkat,  beliau sudah meninggalkan Berta dan ibunya.  Berta hanya hidup bersama ibunya.   Sejak saat itu Berta hanya tinggal bersama ibunya.  Sayangnya, ibunya tidak  pernah mendidik  dan memikirkan  bakat atau keterampilan Berta sejak kecil.

Waktu berjalan begitu cepat.  Ibu Berta pun terkena kanker usus.  Dana peninggalan ayahnya tinggal sedikit.  Ibu Berta hanya bisa berobat di Klinik Dokter yang bukan spesialisasinya kanker.   Kegiatan Berta yang baru lulus SMA itu hanya mengantarkan ibunya berobat .  

Sayangnya, waktu untuk ibunya juga tak lama, beliau dipanggil Tuhan dan Berta harus hidup sendiri.  Satu-satunya harta yang dimilikinya adalah rumah.   Berta pernah beberapa kali bekerja sebagai tenaga outsourcing.  Tapi beberapa kali setelah kontrak selesai, Berta harus mencari pekerjaan lain atau menggangur. Satu-satunya harta yang dimiliki adalah rumah peninggalan orangtua.  Itu pun dikontrak dengan dibayar secara angsuran.  Hasil kontrak itu tak bisa dinikmati oleh Berta sendiri. Dia harus berbagi dengan tantenya yang dianggapnya paling berjasa untuk membantu dia saat ibunya sakit. 

Kondisi Berta sangat kritis karena dia kehilangan pekerjaan lagi karena PHK dan akhirnya sampai sekarang ini dia belum juga mendapatkan pekerjaan.   Menolong calon pekerja lulusan SMA tidaklah mudah.  Sangat sulit sekali karena tak punya kualifikasinya tinggu uang dbutuhkan perusahaan saat ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline