Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Mengapa Masih Ada Warga Korban Kelaparan hingga Meninggal, Fenomena Apa yang Terjadi?

Diperbarui: 15 Agustus 2024   17:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber:  freepic

 Di kota besar seperti Medan, fenomena kelaparan yang mengakibatkan kematian masih terjadi, seperti yang terjadi baru-baru ini, seorang pengemudi ojek online (ojol).  Kasus ini menyoroti ironi besar di tengah kemajuan dan kekayaan warga lain yang meningkat, beberapa orang masih tidak bisa memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti makanan.

Salah satu faktor penyebab adalah ketidakmerataan distsribusi kekayaan dan bantuan sosial.   Bahkan, bantuan sosial yang tidak tepat  sasaran .  Meskipun Indonesia adalah negeri dengan ekonomi yang berkembang, ketimpangan sosial masih sangat besar sekali.

Banyak warga dari kota kecil atau desa, berangkat ke Jakarta dengan harapan besar untuk mendapatkan hidup yang layak.  Sayangnya, harapan dan Impian itu tidak bisa terwujud karena realitas kota Jakarta, Medan tidak seindah apa yang diimpikan oleh mereka.

Mereka yang tak punya skill dan tingkat pendidikan tinggi, tak mampu bersaing dengan mereka yang punya pendidikan tinggi.  Sekarang pun persaingan antar mereka yang punya tingkat pendidikan tinggi makin kompetitif. Lalu, terpaksa mereka yang tak punya pendidikan itu terjebak dalam kemiskinan ekstrem dan tak memiliki akses yang memadai untuk mendapatkan makanan dan bantuan yang mereka butuhkan.

Menurut Global Hungger Index, Indonesia hadapi masalah serius dalam hal ketahanan pangan, meskipun telah mengalami perbaikan dalam beberapa tahun terakhir.  Di Asia Tenggara, Indonesia termasuk dalam kategori yang menunjukkan kemajuan lamabat dalam mengatasi masalah kelaparan.  Ini mengindikasikan bahwa meskipun ada Upaya yang dilakukan, masalah kelaparan dan malnutrisi masih menjadi tantangan besar.

Pengalaman pribadi 

Sebagai orang yang tinggal dalam komunitas berbasikan agama, saya menjumpai bahwa dua warga, dua perempuan dewasa yang dalam kondisi sosial ekonomi rendah dan tak punya pendapatan.

Salah satunya adalah W (nama samara), berusia 38 tahun, penderita schizophrenia sejak usia muda, sehingga hanya tamatan SMP.   Ayah dan ibunya tak mengarahkan dirinya untuk mengambil keterampilan dalam hidupnya.

Ketika ibunya , penderita diabetis akut, meninggal dunia,  dia hanya bersama ayahnya . Ayahnya sudah tidak bisa bekerja lagi karena juga menderita komplikasi jantung.   Berdua dengan ayahnya hanya menggantungkan ekonomi dari bantuan saudara dari ayah.

Namun, ayahnya bulan Desember yang lalu, sakit, saya bersama suami mengantarkan ke Rumah Sakit. Beliau tak tertolong akibat covid .  Tinggalkan  W sendiri saja di rumahnya bersama kucing dan anjing yang selalu menemaninya.

Siapa yang memberikan bantuan makanan karena W tidak bekerja sama sekali dan tidak ada uang warisan sepeser pun dari ayah ibunya, rumah sudah digadaikan .  Jadi kami dari pihak komunitas hanya meminta kepada pihak Gereja kami untuk membantu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline