Apakah terdengar aneh ketika ada slogan mengatakan kelas menengah Indonesia sulit menabung dan sulit menjadi orang kaya?
Yang dimaksud oleh kelas menengah adalah mereka yang berada dalam usia produktif (18 - 64 tahun) pada tahun 2021. Ternyata sisa gaji kelas atas Rp.1.59 juta per orang sementara kelas menengah hanya l/3 dari sisa gaji kelas atas, Rp.500 ribuan.
Total jumlah kelas menengah dalam tahun 2021 ,38,5 juta atau 20.7 persen penduduk Indonesia .
Bayangkan saat ini dengan sisa gaji Rp.500,000 , kelas menengah untuk beli 1 gram emas senilai RP.1,1 juta (Antam per 9 Februari 2024), harus membutuhkan waktu dua bulan untuk beli 1 gram emas.
Belum lagi sisa uang Rp.500.000 itu ternyata tidak ada di tabungan karena Bank Indonesia telah mengindentifikasi bahwa jumlah tabungan di bank-bank itu turun drastis. Tentu penurunan itu oleh kelas atas , tabungan itu ditempatkan di berbagai investasi yang lebih menarik. Sementara untuk kelas menengah justru tidak ada Tabungan dalam 2 tahun terakhir.
Bahkan Tim Jurnalistme Data Harian Kompas juga menemukan bahwa sisa gaji merupakan selisih dari pendapatan dengan pengluaran rata-rata per bulan dari warga usia produktifi (18-64 tahun) berasal daripendapatan utama warga, makin tahun makin kecil sejak tahun 2021.
Bank Dunia dalam dokumen tentang Kelas Menengah berjudul "Aspiring Indonesia-Expanding The Middle Class (2019)", akan terjadi ledakan pertumbuhan kelas menengah dengan memperhatikan perhitungan pertumbuhan domestikbruto Indonesia. Calon warga kelas menengah ini akan bertambah besar.
Sayangnya, pengeluaran kelas menengah justru lebih besar hingga 3.5 kali per bulan, per kapita. Merujuk dari garis kemiskinan BPS (2021) pengeluaran kelas menengah dari Rp.1,2 hingga Rp.8,2 juta per orang per bulan.
Mengapa pengeluaran makin besar?
Adalah seorang bernama Rachmat (bukan nama sebenarnya), dulunya bekerja di kantor, tetapi karena PHK, dia bekerja sebagai gojek daring. Dalam usia yang masih produkhf, dia harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari , mulai jam 6 pagi atau subuh sudah bekerja hingga tengah malam. Semua itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya , dia mendapatkan Rp.150.000 tiap hari . Jika bekerja enam hari , iaka akan mendapatkan Rp.3,9 juta sebulan.
Sayangnya dia tak bisa menutupi pengeluaran yang makin membengkak hingga Rp.6 juta per bulan, karena anak sudah kuliah di luar kota. Biaya pendidikan yang cukup besar.