Setiap kali perubahan musim dari musim panas ke musim dingin di Indonesia, ada hal yang mengingatkan saya tentang musim Demam Berdarah Dengue (DBD).
DBD itu merebak hampir di seluruh pelosok kota-kota di Indonesia. Bukan di tempat-tempat yang dianggap kumuh saja, tapi di tempat bersih juga ada nyamuk DBD.
Benaran nich? Yach, saya sendiri pernah tidak percaya bahwa anak saya yang saat itu masih sekolah di kelas III SMP, pulang sekolah dengan muka yang kecapean, pucat. Tidak ada nafsu makan, bahkan muntah-muntah. Ketika saya tensi badannya, ternyata cukup panas hingga 39 C. Lalu, saya berikan obat panas . Segera suhu badan panas turun , namun pada sore hari jelang malam selalu panas lagi, hal ini terjadi hingga 2 hari.
Tanpa berpikir panjang, saya larikan anak ke rumah sakit. Setelah diperiksa, ternyata suspect Demam Berdarah". Hampir tidak percaya, dimana digigit nyamuknya karena rumah begitu rapat untuk ditutup dari nyamuk. Tetapi kegiatan di luar rumah , memang selalu ancam risiko digigit nyamuk. Jika saya terlambat dalam 2 hari kemudian, nyawa anak akan hilang.
Betapa bahayanya penyakit Demam Berdarah yang disebabkan oleh gigitan nyamuk betina aedes Aegypti. Nyamuk Aedes aegypti itu terinfeksi vius dengue dan menjadi penyebab utama dalam menularkan penyakitnya ke manusia.
Sebagian besar kasus demam berdarah terjadi di daerah tropis dan sub tropis, Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Tengah dan Selatan.
Latar Belakarng Penelitian Nyamuk Wolbachia
Mengingat bahayanya gigitan nyamuk dengan virus Aedes Aegypti, telah diadakan penelitian oleh Wolrd Mosquito Program yang berhasil dilakukan di tahun 2011 , pertama dengan tahapan penelitian fase kelaykan dan keamanan (2011-2012), fase pelepasan skala terbatas (2013-2015), fase pelepasan skala luas (201602020) dan fase implementasi (2011-2022).
Studi yang pertama kali diadakan dengan aplikasi Wolbachia untuk Eliminasi Dengue (AWED) diadakan di Yogyakarta, gunakan desain Cluster Randomized Controlled Trial (CRCT).
Hasilnya sangat mengagumkan, nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia mampu turunkan kasus dengue sebesar 77.1% dan turunkan rawat inap karena dengue sebesar 86 persen.
Bukan hanya di Indonesia saja, di negara lain, juga menerapkan teknologi WMP, teknologi Wolbachia untuk pengendalian dengue telah direkomendasikan oleh WHO Vector Control Advisory Group sejak 2021.
Mengenal lebih dekat dengan Nyamuk Wolbachia
Tempat hidup Wolbachia hanya di serangga termasuk nyamuk, bukan di tubuh manusia. Wolbachia itu tidak dapat bertahan hiudp di luar sel tubuh serangga dan tidak bisa repelekasi diri tanpa bantuan serngga inangnya. Inilah sifat alami bakteri Wolbachia.