Pandangan saya tertuju suatu foto gedung cakar langit di Jakarta di pagi hari dipenuhi dengan selimut kelabu. Selimut kelabu ini bukan kabut, ya. Kegelapan selimut kelabu itu adalah polusi udara yang sangat pekat.
Bukan hanya di Jakarta saja yang kualitas udara di pagi hari itu sangat tidak sehat (unhealthy), ternyata di Tangerang Selatan tempat saya berdomisili juga sama.
Kualitas udara sebesar 157 status yang dimulai sejak tanggal 19 Mei dengan temperatur berkisar 31-32 derajat Celcius.
Dikatakan bahwa polutan udara di Jakarta sekitar 2,5 M. Partikel udara ini berukuran kecil dari 2,5 mikron. Artinya dengan 2,5 PM Jakarta sudah mencapai 66,2 ug/m3 atau 13,2 batas nilai dari pedoman kualitas udara yang diizinkan (65 ugram/m3) oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Kualitas udara dapat kita cek melalui "Air Quality Index" sehingga kita sadar dan mengetahui berapa kualitas udara di tempat kita.
Pada hari ini saya cek kualitas udara di Tangsel 150 artinya Unhealthy atau tidak sehat.
Indeks ini sangat mudah dibacanya, dari warna yang timbul kitab isa mengetahui apakah kualitas udara Good (warna hijau), Moderate Unhealthy for sensitive group (warna kuning dan orange), Unhealthy (warna Merah), very unhealthy ( warna ungu), Hazardous (warna merah maroon).
Cara mengecek kualitas udara setiap hari melalui klik Airnow.gov
Penyebab polusi udara di Jakarta
Selain kendaraan bermotor penyumbang CO terbesar di Jakarta, sektor industry, pembangkit listrik, perumahan, komersia juga menjadi pemicu penyebab meningkatnya CO.