Motivasi untuk menulis itu seperti "Jet Coaster" kata beberapa teman penulis. Ketika "mood" sedang naik di atas, karya tulisan mudah sekali dibuat. Sayangnya, ketika "mood swing ", mudah sekali untuk berkata saya malas menulis .
Motivasi menulis bukan berdasarkan dari mood , tetapi berdasarkan dari senang atau passion untuk tetap menulis dalam kondisi apa pun.
Yuk kita belajar dari tiga penulis yang sudah tua usianya, fisiknya rentan penyakit , bahkan tidak memungkinkan untuk menulis tetapi daya juang untuk tetap menulis begitu besar sekali.
Siapa kedua penulis itu ?
Putu Wijaya , seorang sastrawan asal bali berusia 78 tahun. Dikenal sebagai pelukis, penulis drama, cerpen,esai, novel, skenario film, dan sinetron.
Dalam perjalanan hidupnya yang sudah malang melintang dalam dunia seni, beliau telah mementaskan Teater Populer dan bergabung dengan Teater Mandiri. Beliau juga sudah menulis lebih dari 30 novel, 40 naskah drama dan seribu cerpen.
Terakhir buku yang dihasilkannya , Bila Malam Bertambah Malam, Telegram, Pabrik, Keok Tiba-Tiba Malam, Sobat, dan Nyali.
Namun, tanpa diduga di usia yang rentan itu tiba-tiba dia terkena stroke . Tangan kiri dan kaki kirinya tak bisa berfungsi sama sekali. Hal ini diakibatkan pemicu pendarahan otak. Meskipun langkah pengobatan medis telah dilakukan oleh temannya seorang seniman Prof Dr. Teguh Rana Kusuma.
Meskipun badan lemah karena operasi kepala , kaki kirinya masih tidak dapat digerakkan, tapi otak kanan masih brilian. Dia hanya menggunakan jari kanan untuk menuliskan apa yang dikehendakinya.
Selama 9 tahun Putu Wijaya tidak bisa menulis menggunakan jari-jarinya, hanya jempol tangan kanannya. yang masih berfungsi . Dia menuliskan di ponsel android jenis touch screen. Sebelumnya blackberry jadi tempat penyimpan semua hasil karyanya.
Luar biasa hasil karya dari jempol tangan kanan itu sudah mencapai tujuh buku dengan 500 halaman. Ada satu buku berisi 100-200 cerita pendek.
Lain lagi cerita tentang sastrawan Remy Sylado, usia 79 tahun. Beliau kena serangan stroke dan tubuh sebelah kiri dari tangan tidak dapat digerakkan.Tubuhnya semakin lemas, dia harus berbaring di tempat tidur. Kondisi itu tak menyurutkan dirinya untuk tidak berkarya.