Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Remaja Jadi Kontributor Pemutus Rantai "Stunting"

Diperbarui: 3 Oktober 2021   09:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merdeka.com

Jika kita melihat angka stunting di Indonesia di tahun 2013 sebesar 2013 37,8 persen, kemudian dapat ditekan menjadi  27,67 persen di tahun 2019, apakahhal  itu  dianggap suatu keberhasilan?

Belum.  Ternyata  angka stunting itu masih jauh lebih tinggi dibandingkan toleransi maksimal stunting yang ditetapkan oleh Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 20%.

Tidak main-main loh, Indonesia berada di urutan ke empat  dunia dan urutan ke-2 di Asia Tenggaran terkait dengan balita stunting.

Sebelum membahas stunting lebih jauh, baiklah kita semua sepakat dulu untuk memahami ap a itu stunting.

Stunting atau yang lebih dikenal dengan nama balita pendek atau  status gizi pendek atau tengkes.    Ciri-ciri dari mereka yang disebut dengan stunting adalah  pertumbuhan tubuhnya melambat  (tidak normal)  dan pertumbuhan otak juga tidak normal.

Ketika kita sering menjumpai orang pendek, apakah orang itu disebut "stunting"?   Belum tentu, ada orang dengan gen tertentu, memang  pertumbuhan fisiknya tidak normal, alias pendek. 

Namun, penyebab stunting itu terutama adalah sebuah siklus yang terjadi mulai dari orangtua yang tidak mengasup gizi dengan baik ketika hamil.   Kekurangan gizi saat hamil bisa disebabkan karena social ekonomi yang rendah, atau ketidak pahaman akan pengetahuan atau juga karena tidak ada perhatian dari lingkungannya.

Begitu anak lahir,ibu itu tak bisa memberikan  ASI kepada anaknya.  Tanpa ASI, ibu juga tidak memberikan gizi pengganti bagi bayi yang lahir. Akibatnya bayi akan tumbuh kembangnya tidak normal atau tidak seimbang .  Masa golden years terlewati.

Ketika  anak itu remaja dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang  asupan nutrisi yang baik bagi perkembangannya,  dia sering makan fast food, makan kekinian yang  asupan gizinya tidak ada, bahkan sering meniru gaya hidup  remaja lain, makanan yang gampang dan tak bervariasi, bahkan sering lupa makan dan diet yang tidak sesuai dengna pola gaya hidup sehat.    Akibatnya tentu remaja itu bisa juga terdampak stunting, dia terkena anemia  dan  status gizi pendek dan sangat pendek.

Siklus panjang dari stunting itu begitu panjang , mulai dari seorang ibu yang hamil, melahirkan bayi yang kurang asupannya, hingga remaja yang juga tidak peduli dengan asupan gizi.

Masalah pada remaja yang belum teratasi cukup besar:

Riskedas2018

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline