Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Tanpa Pelatihan Master TreeGrower, Petani Hanya Sekadar Petani Bukan Juragan

Diperbarui: 8 April 2021   14:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: MTG

Menjadi Petani bukan profesi dambaan setiap orang, keterpaksaan menjadi petani jadi alasannya. Mengapa? Karena mereka menganggap profesi petani bukanlah profesi yang bisa berkembang, profesi yang terus merugi dalam arti bekerja keras tapi hasilnya sedikit atau seringkali disebut "penghasilan paling rendah".   Modalnya besar , membeli bibit dan bekerja siang hingga sore, tapi ketika panen tiba, harga jualnya tiba-tiba rendah sekali , atau tiba-tiba jelang panen cuaca tidak mendukung sehingga panen gagal total.

Benarkah demikian?

Menengok perjalanan petani di Indonesia yang hanya bekerja secara konvensioal akan tetap saja jadi orang yang tak berkembang?  Tanpa penelitian, sudah pasti hal ini akan terjadi.

Sebaliknya, jika petani mendapatkan kesempatan  belajar pasti akan berkembang baik dari pengetahuan maupun kesejahteraaan.

Konsep  MTG dari  Australia

Menengok sejarah terbentuknya Master TreeGrower, dibangun oleh seorang bernama Rowan Reid, Dosen Senior dari University of Melbourne, punya profesi sebagai petani dan pendiri Otway Agroforestry Network dan pendiri  Master TreeGrower berkecimpung dalam dunia pertanian selama hampir 20 tahun.

Beliau  cinta dengan pepohanan dan mendalami bidang pertanian dari text book yang berjudul "Agroforestry in Australia and New Zealand" di tahun 1987  "Agroforestry for Natural Resource Management" di tahun 2011.

Sumber: Master TreeGrower

Saat membaca textbook pertanian itu, dirinya terobsesi untuk membeli lahan pertanian seluas 4 hektar , tanah yang tandus , kering dan tak ada pepohonan satu pun pada tahun 1987.

Idenya untuk mengolah tanah tandus menjadi tanah pertanian penuh dengan pepohonan itu dimulai dengan menanam satu pohon pada tahun 2011.

Lahan pertanian itu dirubahnya dengan konsep Bambra Agroforestry Farm,  satu pohon dirawat dengan ketinggiannya diperhatikan. Alhasil, kayu-kayu hasil pohon itu begitu bagus kualitasnya sehingga menghasilkan furniture kayu yang sangat nomer satu kualitasnya.

Tak berhenti pada konsep pohon untuk hutan, tapi dikembangkan nilai tambah yang lain yaitu "Trees for Convervation and profit".   Dia menggandeng Kelompok Tani.  Tentunya para petani yang belum punya pengetahuan dan cara menanam pohon yang menghasilkan keuntungan itu diajarkan dengan modul-modul.

Pengetahuan disebarkan kepada  petani lain . Petani telah dilatih jadi mentor atau Penyuluh Kehutanan  Swadaya Mandiri (PKSM) , bagi petani lain agar mau menanam pohon untuk mendapatkan kayu berkaulitas dan harga yang lebih tinggi sesuai dengan permintaan pasar kayu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline