Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Gowes Jadi Gaya Hidup atau Kesehatan?

Diperbarui: 4 Agustus 2020   18:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(SHUTTERSTOCK) via kompas.com

Perbincangan seru terjadi antara  saya dengan teman saya yang sudah hampir 12 tahun hobinya gowes. Teman saya ini seorang perempuan paruh baya, bukan anak milenial. Tapi  jangan meremehkan soal gowes yang sudah dilakukan dari semua macam jenis olahraga sepeda sesuai dengan sepeda. Mulai dari sepeda gunung, sepeda hybrid, sepeda balap, sepeda BMX, sepeda lipat.

Sebutlah namanya Yanti (bukan nama sebenarnya), suka dan jatuh cinta dengan gowes ketika diajak suaminya naik sepeda keliling kampung di sekitar Bintaro. Ketika mulai gowes, sejak pagi-pagi ketika masih sepi, dia hanya berani dari rumah sampai ke jalan besar di sektor 9 yang jalannya masih lebar.

Sedikit demi sedikit dia belajar bagaimana gowes dengan track yang makin sulit, naik bukit dengan tanah, di kampung yang jalannya penuh bebatuan.

Sulit, cape dan harus punya keahlian untuk bisa mencapai ke puncak di jalan terjal. Jatuh bangun dan penuh tantangan, dia hadapi.  Semakin sulit, dia semakin tertantang. Ngga main-main, dia juga berani gowes dari rumah, ke Bogor lewat Parung.  

Bagaikan seorang atlit, dia sudah bisa menundukkan dirinya untuk bisa capai prestasi bagi dirinya sendiri untuk jadi pegowes perempuan paruh baya yang bisa menguasai medan terjal dengan baik.

Itulah gowes yang dikatakan sebagai hobi dan kesehatan karena dia pernah berkata kepada saya: "saya tak pernah sakit yang berat , hobi saya ini sebagai obat bagi kesehatan saya.  Olahraga yang benar-benar dia sukai dan cintai , bukan sekedar untuk bergaya hidup semata.

Namun, suatu hari dia berkata kepada saya: "Aku kaget, sekarang pagi-pagi sekali orang sudah berbondong-bondong gowes , sekeluarga bahkan satu kelompok, mereka menikmati gowes sebagai gaya hidup yang tiba-tiba jadi "tren". 

Kondisi sekarang berubah total.   Ramai sekali di tempat yang dulunya sepi , dipenuhi dengan sekelompok orang yang ingin mencoba track itu tanpa paham teori tentang cara bersepeda di track yang cukup sulit dan curam.

Ramainya orang naik sepeda itu bukan hanya di lingkungan kawasan kluster kami, tetapi sudah jadi euforia yang ramai sekali saat hari "car free day" di jalan sepanjang protocol, Sudirman-Thamrin.

Beramai-ramai dari anak kecil, remaja, muda, tua, dulu mereka hanya berjalan kaki, sekarang naik sepeda. Sepada jadi tren yang luar biasa membuat saya dan teman saya tertarik membicarakannya.

Kenapa yach orang tiba-tiba tertarik naik sepeda?  Padahal, untuk seorang yang benar-benar ingin berolahraga, bersepeda bukan hanya sekedar di hari Minggu saja. Juga diperlukan latihan yang rutin, stamina juga kuat serta bukan angin-anginan saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline