Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Utang Itu Bukan Aset, Jeratannya Memikat tapi Sulit Melepaskan

Diperbarui: 13 Juli 2020   13:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: busy.org

"Anggapan memiliki materi dan uang banyak sebagai kesuksesan. Ketika jerat utang sudah memikat, kita tak mampu lagi melepaskannya".

Sekarang ini tawaran untuk berutang itu begitu banyaknya. Jika ingin berutang, ada banyak cara untuk melakukannya. Mulai dari kartu kredit sampai finansial teknologi menyerbu kita untuk menawarkan utang. Caranya super mudah karena sekarang zaman teknologi, semuanya tinggal mengunggah di aplikasi saja.

Ketika masa pandemi, warga makin sulit mencari pekerjaan, bahkan yang punya pekerjaan kena PHK, ada yang gajinya dikurangi l/2, ada yang berkurang pendapatannya seperti ojol. Mulailah berpikir untuk berutang sebagai jalan keluarnya.

Ketika sudah berutang, beberapa orang sering tergelincir dengan kemudahannya. Bahkan, ada yang tak bisa terlepas dari jerat utang.

Ketika utang kartu kredit yang angsurannya hanya 10% lalu tiap bulan harus dibayar , masih menganggap bisa utang yang lainnya , ambil utang dari finansial teknologi satu kali gaji.

Begitu utang dari finansial teknologi jatuh tempo, bingung, dari mana sumbernya. Pendapatan tidak naik bahkan tidak ada. Lalu carilah utang lagi dari kartu kredit dengan mengambil tunai.

Jadi utang kedua dibayar dengan utang pertama. Utang kedua lunas, tapi utang pertama menumpuk. Hal ini terus terjadi bagaikan "Gali Lubang Tutup Lubang" artinya membayar utang dengan utang lainnya.

Lalu terjadilah malapetaka yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Salah satu anak muda yang saya kenal, dulunya pandai bekerja.

Namun, ambisi untuk mengejar materi itu tak pernah terpuaskan. Dia merasa bahwa kesuksesan hidup ketika dia memiliki barang-barang yang tak sedang "tren" saat ini seperti handphone model terbaru.

Saya sering menasihatkan, boleh mengikuti tren, tapi harus ingat apakah kamu punya daya beli untuk barang itu. Jika tidak, lupakanlah dan jangan sekali-kali kamu terjerat ke dalamnya.

Akhirnya, benar juga, anak ini benar-benar terjebak dalam lubang yang dibuatnya sendiri. Bahkan dengan beraninya dia menulis referensi suami sebagai penjamin tanpa sepengetahuan kami sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline