Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

109 Tenaga Medis Mogok, Pasien Ditelantarkan, Menyesal Pemecatan

Diperbarui: 27 Mei 2020   18:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: CNN Indonesia

Beberapa bulan yang lalu, saya kagum dengan foto  para tenaga medis di media sosial dengan membawa poster (setiap orang bawa poster) dengan tulisan " Bantu Kami yang Sedang Berjuang Dengan #DiRumahAja".

Ada lagi yang bawa poster cukup membuat hati trenyuh ,  poster yang dibawa oleh para medis itu berbunyi #StayatHomeandHelp Us.

Wah baca semua poster itu rasanya kami sebagai warga biasa, bangga benar dengan dedikasi dan kerja serta semangat para perawat sebagai garda terdepan untuk membantu mereka yang sudah harus jadi pasien Covid-19.

Ngga main-main para perawat dan dokter itu banyak yang juga terpapar kena Covid -19 karena mereka tertular dari pasien-pasien yang dirawatnya.

Risiko besar bagi para perawat dan tenaga medis lainnya seperti dokter saat mereka bertugas di Rumah Sakit merawat dan memberikan pengobatan dan monitor para pasien Covid-19.

Virus ini sangat berbahaya sekali, beberapa tenaga medis pun tak luput dari paparan virus.  Apabila mereka sedang lemah imunitasnya,  maka dengan mudah mereka terpapar virus.

Walaupun mereka sudah menggunakan APD lengkap yang berat dan harus dipakai selama mereka bertugas, tetap saja virus itu bisa menulari mereka.   Membayangkan, beratnya dan panasnya APD yang harus dikenakan selama bertugas.  Tugasnya tidak hanya 10-15 menit, bisa sampai berjam-jam.

Nach, di lain sisi, saya jadi terkejut dan tercengang minggu lalu, tepatnya pada tanggal 20 Mei 2020, BUpati Ogan Ilir Ilyas Panji Alam memecat 109 tenaga  medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) OGan Ilir.

Alasan pemberhentian tenaga medis dengan tidak hormat itu dilakukan dengan pertimbangan matang.

Pertama, agar operasional RSUD Ogan Ilir tidak terganggu. Kedua, penerimaan tenaga medis baru bisa dilakukan. Ketiga, aksi protes dengan mogok tidak bekerja sebagai tenaga medis tidak berdasar.  Keempat, tenaga medis itu menolak menangani pasien Covid-19.

Loh kok bisa yach tenaga medis ini mogok kerja dan menolak menangani pasien covid-19 hanya gara-gara (menurut para tenaga medis) tidak adanya alat pelindung diri (APD) yang minim dan fasilitas rumah singgah yang memadai untuk istirahat atau tempat setelah mereka bekerja  dan minimnya insentif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline