Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Kisah Keindahan Sarung dari Kampung Tenun Sa'dan To'barana

Diperbarui: 14 Mei 2020   09:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

National Geographic Indonesia

Sedihnya meninggalkan Kampung Tenun, Sa'dan To'barana di Toraja utara  Desa yang letaknya di desa Malimbung, 16 km dari Rantepo. Sejak kecil Rena sudah dibesarkan dengan adat istiadat  Toraja yang kental dengan banyak ritual .  Ritual pemakaman bagi bangsawan, ritual pernikahan.

Kegalauannya untuk tetap tinggal atau pergi dari desa itu.  Sebagai anak yang paling besar dari empat bersaudara, sikapnya pendiam.  Dia tak pernah mengeluh jika ibunya memintanya untuk mengurus keempat adik-adiknya.

Dia  tak pernah  pergi sejauh yang ia inginkan. Bayangan ibu yang selalu menghantui dirinya .  Ibu yang tak pernah lepas dari dirinya.

Belasan tahun dia tak pernah mau meninggalkan tanah kelahirannya.  Setiap jengkal dari tanah yang dipijaknya mengingatkan sejarah dari hidupnya.

Rumahnya hanya bersebelahan dengan rumah Tongkonan (rumah bangsawan).   Keluarganya sendiri bukan keluarga bangsawan.  Ayahnya sebagai petani, ibunya penenun sarung ikat.   Sarung ikat jadi tumpuan untuk menghidupi keluarga.

*****

Sejak kecil dia tak bisa lagi sekolah,  sekolah baginya suatu keistimewaan yang tak bisa diperoleh untuk keluarga biasa.  Walaupun keluarga ayahnya ada yang jadi bangsawan sekalipun, dia tak berhak untuk minta bantuan . Ibunya dianggap bukan dari bangsawan, dari keluarga biasa.  Keluarga biasa tak boleh minta bantuan kepada bangsawan. Ada perbedaan tingkat sosial yang membuat hatinya sedih.

Kehadirannya di dunia ini bagaikan "kelam", nasib  yang tak bisa dirubah .  Dia melihat redupnya mata pencarian ibunya dari hari ke hari.

Seharian jadi penenun Sa'dan to"barana .   Tangan dan kakinya terus bergoyang mengikuti irama dari benang-benang yang dikaitkan.  Begitu indahnya kain  Toraja bercorak cerah oranye, kuning , merah, putih dan hitam.  Kain-kain Toraja itu dijadikan sarung yang dikenakan pada ritual, sudah sangat terkenal di seluruh dunia.

Sayangnya kepopuleran sarung toraja itu tak sepadan dengan penghidupan keluarga Rena.  Hidup keluarga penenun hanya cukup untuk makan seminggu saja.  Padahal kerja siang malam tak hentinya, apalagi jika ada permintaan dari Kementrian Pariwisata.  

Rena  diminta menggantikan pekerjaan ibunya yang sakit-sakitan akhir ini.   Tapi hati kecilnya sudah tak lagi sanggup jadi penenun.  Dia tak ingin terperangkap dalam hidup kelam sebagai penenun.  Impiannya untuk bisa mendapatkan uang lebih banyak jika bekerja di luar pulau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline