Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Berperilaku Cerdas Saat Krisis Akibat Pandemi Covid-19

Diperbarui: 10 April 2020   14:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Infografis oleh Ina Tanaya. Sumber gambar: Canva

Hari Minggu tanggal 8 Maret 2020, itu bukanlah hari Minggu seperti biasanya.  Ada peristiwa penting yang menggugah perasaan saya dan anak saya.

Setiap minggu sehabis ibadah Gereja, saya bersama anak, berbelanja di satu supermarket untuk belanja mingguan.  Begitu sampai di depan gerai supermarket, kami tertegun, heran melihat banyaknya orang yang antri di pembayaran kasir.  Antrian mengular panjang itu karena mereka membeli begitu banyak sembako di dalam troly keranjang .  Bukan main ada yang membeli beras 2 karung dari ukuran 10 kg, minyak goreng 5 botol, 5 roll tissue gulung, 4 kg gula pasir.

Peristiwa yang sulit dipahami oleh kami itu, membuka pembicaraan dengan anak.  "Loh, ini khan belum puasa atau lebaran? tanya anak saya dengan terheran-heran.

"Iya betul, lebaran masih lama.  Mamah pikir ini semua terjadi karena "panic buying".   Ingat beberapa hari yang lalu ada pidato pak Jokowi yang mengatakan ditemukan 2 pasien positif covid -19".

"Tapi kenapa mereka borong makanan, sembako seolah-olah tidak ada hari esok.  Apakah tokonya akan tutup?" tanya anak saya.

"Tidak toko tidak akan tutup.  Seperti tadi mamah jelaskan ini namanya "panic buying".  Ketika orang mendengar sesuatu berita jelek, otak merespon dengan hal-hal yang tidak rasional. Kecemasan akan ketidakpastian, orang jadi panik dan tidak bisa mengkontrol lagi."

"Apabila semua orang borong barang, apa yang terjadi jika mereka yang tidak punya uang dan terlambat belinya!" seru anak.

"Panic-buying dapat menimbulkan kerugian sosial dan ekonomi dalam masyarakat.  Jika permintaan barang banyak, sedangkan persediaan sedikit, harga akan melambung naik.   Bukan hanya harga saja, tetapi berakibat fatal yaitu stabilitas ekonomi  nasional jadi rusak.  

Mamah masih ingat waktu peristiwa resesi 1998, begitu cepat pulang kerja, penjarahan toko sembako, gerai yang jual kebutuhan sehari terjadi.   Setelah itu, orang sulit lagi cari bahan makanan, bahkan kondisi mencekam karena lembaga keuangan pun ikut mengalami kesulitan dalam likuiditas. Semua orang "rush" mencairkan dananya, depositonya dan ambil uang di ATM. Takut nanti tidak bisa ambil uang karena kehabisan uang."

BERPERILAKU CERDAS

  • Bela Rasa

Bela Rasa dari UKM Sumber: Kompas.id

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline