Alangkah bahagianya seorang anak yang memiiki ayah dan ibu yang lengkap dan hidup dalam keluarga yang harmonis dan lengkap. Lengkap artinya anak punya ayah dan ibu. Namun, tidak semua anak punya kebahagiaan yang sama dengan anggota ayah dan ibu yang lengkap.
Beberapa anak di semua negara termasuk Amerika menunjukkan bahwa mereka itu terpaksa hidup tanpa ayah. Ayah yang biasa hidup ditengah keluarga mereka, tiba-tiba menderita sakit parah dan dalam waktu yang sangat singkat Tuhan memanggilnya dalam usia yang sangat muda. Katakan beberapa orang terkemuka seperti Nelson Mandlea, Mahatma Gandhi, Indira Gandhi , mereka ini juga hidup tanpa ayah semasa kecilnya. Ayah mereka meninggal dunia .
Sebuah penderitaan bukan bagi istri ketika suaminya meninggal dengan anak-anak yang masih kecil, bahkan ada yang masih bayi. Istri merasakan hilangnya belahan jiwanya yang harus menghadap Tuhan dengan cara yang tidak diharapkannya.
Kehilangan itu juga sangat dirasakan oleh anak-anaknya. Begitu ayah meninggal, mereka merasa sedih sekali, hampa, bahkan mencari terus figur ayah yang hampir tak bisa tergantikan oleh siapa pun.
Salah seorang dari anak yang kehilangan ayahnya saat dia masih kecil adalah Sir Albert Aynsley Green, Profesor Emeritus of Child Heath. Usianya baru 8 tahun, ketika ayahnya harus dioperasi pada suatu rumah sakit. Malam itu dia dipanggil untuk ikut ke rumah sakit bersama bibinya. Kondisi ayahnya yang kritis, menunggu detik-detik akhir ayahnya.
Dalam suasana duka yang mendalam, bibinya mengatakan dengan suara berat, "Brad (nama panggilan), kamu sekarang akan menggantikan ayahmu. Jagalah ibumu karena dia juga jadi tanggung jawabmu".
Sosok laki-laki yang disebut sebagai pemimpin keluarga itu memang pergi, tetapi semangatnya akan terus ada pada diri yang tegar untuk mencintai kehidupan yang berjalan tanpa figur ayah.
Bagi Brad kecil suara itu sungguh mengejutkan dan hatinya menjerit untuk panggilan peran ayah yang jadi beban .
Namun, dia bertekad dengan keras, dan berjanji dalam hati bahwa nanti jika saya besar yang akan menjadi dokter sehingga tidak ada lagi anak-anak baik perempuan atau lelaki yang kehilangan ayahnya karena penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
Bertahun-tahun setelah perjuangan hidup Brad bersama ibunya sebagai single parenting. Brad masih teringat dengan tekad untuk belajar di perguruan tinggi untuk jadi dokter. Dia mewujudkannya dengan menyelesaikan studinya sebagai dokter, sampai Professor.
Bukan hanya Brad sendiri yang merasakan kehilangan ayah itu membuat motivasi tinggi untuk jadi orang besar dalam hidupnya.