Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Jakob Oetama di Hari Ulang Tahunnya ke-88

Diperbarui: 28 September 2019   05:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Kompas/Garry Lotulung

Di hari ulang tahunnya yang ke-88, Jakob Oetama telah meninggalkan warisan kepada kita semua.

Saya tak mengenalnya secara pribadi. Namun, ketika suatu waktu yang datang di satu gedung Kompas yang terpampang foto Jakob Oetama sebagai founder dari Kompas, saya terperangah dengan kata-kata bijak dari Jakob Oetama:

"Dengan bekerja tidak maksimal, kita sendiri mendegradasi talenta kemampuan".

Jakob Oetama, pendiri Kompas bersama PK Ojong di tahun 1960 ini memulai kariernya pada tahun 1960 sebagai wartawan di mingguan Penabur dan kemudian baru merintis mengembangkan Kompas bersama PK Ojong. 

Perjalanan hidupnya yang sarat dengan pengetahuan jurnalistik yang autentik itu membuat saya sangat kagum sekali. Selalu ada ungkapan-ungkapan klasik yang tidak bisa hilang karena ungkapan itu everlasting untuk diterapkan walaupun nilai dan cara untuk mengembangkan koran itu telah berubah.

Dikenal sebagai orang yang sangat produktif, Jakob Oetama bekerja di tahun 1970 hingga 1990 selalu meliput media tentang  kemanusian, kebangsaan, jurnalisme kebangsaan, pembangunan Tanah Air.

Bahkan yang sangat membanggakan, Jakob Oetama berhasil mempatenkan Kompas's Way Jakob Legacy dengan hak cipta untuk kebijakan-kebijakan yang dijalankan di harian Kompas tercinta.  

Memiliki  "jurnalisme kepiting", sebuah jargon yang sering dikemukakan untuk Jakob Oetama menggambarkan bagaimana seluruh jurnalistik di Kompas itu diimplementasikan dengan cara menekankan untuk tetap memegang kecerdasan intelektual dan memegang koridor teguh etika yang tidak terombang-ombing dengan iming-iming apa pun.

Sebagian orang yang mencibir bahkan berkomentar bahwa kebijakan itu sebagai cerminan orang yang penakut dan menganggap bahwa kecerdasan itu hanya sebagai intelegensi emosional.

Mengenal Bapak Jakob bukan hanya sebagai jurnalis yang punya integritas tinggi, tapi juga punya kemampuan untuk mencurahkan perhatian kepada masalah sosial bangsanya dengan hobinya yang tak pernah berhenti yaitu melalap semua buku yang dibacanya.

Buku-buku yang dibacanya itu tidak main-main, merupakan buku-buku babon jurnalisme dari bahan ensiklik pimpinan Gereja Katolik hasil Konsili Vatikan II pada tahun 1964.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline