Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Mudahnya Peretas Mencuri Data Pribadi di Akun WhatsApp

Diperbarui: 30 September 2019   03:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Liputan6.com

Siapa yang tak punya aku WhatsApp? Rasanya semua orang bahkan anak-anak pun punya akun. Mudahnya penggunaan dan banyak manfaatnya membuat setiap orang mau gunakan whatsApp. 

Bukan sekedar untuk berkomunikasi antarpribadi, tetapi punya grup atau komunitas. Banyak manfaatnya apabila kita punya projek pekerjaan yang harus diselesaikan oleh satu kelompok. Maka salah satu alat komunikasi efektif adalah dengan WhatsApp.

Saking mudahnya, kita lupa tidak pernah terbesit untuk memikirkan apabila percakapan di WhatsApp diketahui orang lain atau bahkan diretas?

Ternyata di awal Agustus yang lalu, akun saya di WhatsApp pun diretas oleh orang yang tak pernah saya kenal. Awalnya saya kaget, dikontak oleh sahabat saya, apakah benar saya meminta persetujuan untuk akun baru. Saya jelaskan, saya tak pernah memintanya dan tidak ada masalah dengan WhatsApp saya.

Lalu, dengan tidak sabar, dia mengirimkan satu profil dengan nama yang persis sama, hanya foto profilnya yang berbeda dan juga nomer handphone yang beda. Gentar saya mendengar hal itu, segera saya minta teman saya untuk meng-ignore-nya

Saya masih bingung bagaimana hal ini bisa terjadi karena biasanya hacker yang ambil data saya itu biasanya mengambil data lalu minta persetujuan dengan link . Saya merasa tidak pernah mendapatkan permintaan persetujuan itu.

Ternyata bukan hanya saya yang jadi korban, ketika saya membaca bahwa semua akses media sosial terutama Youtube (88 persen), Facebook (81 persen), dan Instagram (80 persen) dan pengguna WhatsApp 83 persen.

Melihat banyaknya pengguna media sosial dengan berbagai percakapan mulai dari yang sekedar chatting, tapi juga ada yang serba rahasia dan bahkan bisnis. Timbullah orang-orang yang ingin meretas pembicaraan. Orang yang tidak bertanggung jawab itu disebut penguntit siber (cyberstalker) baik berniat jahat atau sekedar kepo.

Dari segi keamanan digital di Indonesia, khususnya di Jakarta, ternyata masih rendah. Ada laporan dari Economist Intelligence Unit 2015, Jakarta berada di urutan ketiga terbawa pada indeks keamanan digital dari 50 kota besar yang diteliti.

Komponen yang diteliti meliputi keamanan warga menggunakan internet, teknologi digital dan frekuesnsi pencurian identitas.

Peretasan akun di WhatsApp sudah dilaporkan. Salah satu kasusnya adalah peretasn akun WhatsApp milik seorang operator sistem informasi penghitungan suara Pemilihan Umum Kepala Daerah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline