Kemarin, tanggal 8 September , kita memperingati Hari Aksara Internasional. Hari Aksara Internasional itu diumumkan oleh UNESCO pada tanggal 17 Nopember 1965 sebagai peringatan masih banyaknya manusia yang buta huruf dan juga untuk menjaga pentingnya melek huruf bagi setiap manusia.
Dunia aksara, literasi dasar di Indonesia itu masih rendah peringkatnya yaitu masuk dalam peringkat ke 60 dari 61 negara. Dalam menghitung rendahnya peringkat ini bukan hanya di Jakarta saja, tetapi secara nasional. Di daerah NTT, Papua dan Indonesia Timur mereka yang melek aksara masih sulit karena literasi itu berkaitan erat dengan ekonomi. Ketika ekonomi warganya masih rendah mereka tidak sanggup untuk sekolah lebih tinggi , cukup sekolah dasar, akibatnya anak putus sekolah dan malas untuk belajar membaca, menulis dan bahkan mengerti atau memahami isi buku.
Begitu pula di kota-kota besar itu seperti Jakarta, Surabaya , Medan, rendahnya literasi itu dilihat dari anak-anak yang lebih menyukai baca yang ada di gadget dibandingkan dengan baca buku.
Anak-anak, orang dewasa tidak menyukai membaca buku karena budaya baca buku itu tak diajarkan sejak dini. Sejak kecil anak-anak dibiarkan untuk bermain dengan gadgetnya, atau bermain dengan permainan kesukaannya. Bila anak sejak kecil dibelikan satu buku bergambar yang menarik hatinya, pasti dengan senang dia akan melahap buku itu dan dia akan terus menerus mencari buku . Buku adalah jendala dunia. Buat anak-anak buku itu akan mencerdaskan, menambah wawasan bahkan untuk menggali informasi penting yang dicarinya dan mengetahui mana informasi yang benar dan mana yang salah. Anak bisa mengerti apakah berita yang di media sosial itu hoax atau bukan?
Untuk mengisi kegiatan Hari Aksara Internasional ada berbagai kegiatan dilakukan. Baik oleh swasta, maupun dunia pendidikan.
Jangan sampai generasi Y dan Z merasa jemu karena buku-buku yang ditawarkan itu kuno dan tidak menarik bahkan untuk menyentuh pun segan sekali.
Salah satu adalah dengan dibangunnya tempat Ruang baca di MRT. Ruang Baca ini baru saja diresmikan oleh Gubernur Anies Baswedan dan Bapak William Sabandar , Direktur Utama PT. MRT . Ruang baca ini letaknya ada di dekat eskalator menuju peron. Ruang baca ini baru ada di dua stasiun yaitu Stasiun Lebak Bulus dan Bunderan Hotel Indonesia.
Tujuan dibukanya Ruang baca ini untuk menggerakan agar penumpang MRT itu dapat memnijam buku di Stasiun keberangkatan dan membaca selama 30 menit jika sampai tujuan dan mengembalikannya di stasiun tujuan. Diharapkan dengan membaca buku-buku , pengetahuan penumpang akan lebih luas. Buku yang ditawarkan memang sangat tipis sehingga mudah habis jika dibaca dengan konsentrasi dalam waktu 30 menit.
Diharapkan nantinya jika animo warga banyak, akan dibangun di setiap stasiun . Buku-buku yang dikumpulkan dari sumbangan warga dan buku itu sebagai tanda milik MRT . Pemerintah akan bekerja sama dengan komunitas atau yayasan literasi untuk pendataan dan pensortiran buku yang masuk ke Ruang Baca .
Namun, ditengah peresmpian ini banyak penumpang yang belum mengetahui tentang cara peminjaman buku itu. Semoga tulisan ini membuat para pengguna MRT yang ingin pinjam buku dapat langsung membawa dan mengembalikan buku itu selama perjalanan MRT saja.
Nach bagi yang ingin kontribusi menyumbang buku-buku tipis , silahkan masukkan ke dalam drop box yang disediakan.