Bicara soal plastik, paradigma yang sering salah adalah plastik itu penyebab dari matinya lumba-lumba, pembuat bumi makin rusak . Perlu diketahui bahwa ada banyak manfaat dari plastik. Setiap hari kita perlu barang-barang terbuat dari plastik. Sifat plastik sendiri tahan lama, ringan dan juga ekonomis. Produk plastik dapat digunakan dalam menunjang kehidupan sehari-hari. Kenyataannya plastik juga berkontribusi pada peningkatan produktivitas sumber daya alam. Kemasan plastik mengurangi limbah makanan, memperpanjang penyimpanan makanan , mengurangi konsumsi bahan bakar untuk transportasi karena bobot ringan.
Dibalik manfaat plastik ada hal yang salah dalam pengeloaan sampah plastiknya dan terbatasnya infrakstruktur persampahan untuk hindari sampah plastik berakhir di lingkungan.
Ketika ditemukan ikan lumba-lumba mati karena makan sampah plastik sebanyak 5 kg , maka berita itu menjadi viral. Bukan hanya sekedar viral saja, tapi terjadi suatu kesadaran dari mereka yang dulunya tidak memahami bahayanya sampah plastik.
Sekarang mereka mengetahui bahwa sampah plastik itu penyebab pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dan ekosistem perairan dan dapat membahayakan kesehatan manusia.
Sebagaimana diketahui bahwa jumlah sampah plastik di dunia itu sudah mencapai 380 juta di tahun 2018. Jumlah sampah plastik sebesar 3,2 juta yang tidak dikelolah dengan baik. Sampah plastik bisa bertahan hingga puluhan dan ratusan tahun untuk bisa terurai Jika sampah plastik itu dibuang ke laut maka tingkat pencemarannya akan merusak ekosistem perairan dan kesehatan manusia.
Yang jadi masalah sebenarnya bukan plastiknya . Plastik dapat dibuat untuk berbagai macam fungsi seperti pakaian, alat-alat makan, botol dan sebagainya. Masalahnya adalah kita tidak dapat mengelola sampah plastik dengan benar.
Indonesia masuk kategori penyumbang sampah plastik nomer 5 di dunia. Boleh dikatakan bahwa kondisi sampah plastik sudah jadi darurat sampah plastik mulai dari pantai di Pulau Jawa sampai ke seluruh kepulauan di Indonesia.
Bahkan, Presiden Jokowi telah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 83 tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut, salah satu dari langkah itu adalah Pemerintah Indonesia harus menangani sampah plastik di laut sebesar 70% sampai dengan 2025 dengan langkah percepatan yang komprehensif dan terpadu.
Salah satu solusi untuk mengurangi plastik yang ramah lingkungan adalah dengan mengubah sistem produksi dan penggunaan kemasan plastik. Penggunaannya plastik ramah lingkungan di Eropa jauh lebih besar ketimbang di Asia . Tetapi, sayangnya justru Asia tidak mampu untuk mendaur ulang dari sampah plastik dengan baik. Eropa berhasil mendaur ulang hingga 53% sampah plastiknya.
Bagaimana kita mengelola sampah plastik?