Peristiwa itu sudah berlalu hampir sebulan, namun, otak dibawah sadar saya sering teringat terus . Minggu pagi sebagaimana biasanya, saya dan suami akan beribadah ke gereja. Saya memesan mobil online.
Minggu pagi di daerah tempat saya suasana traffic memang ramai karena banyak orang berbelanja di pasar sementara tidak ada tempat parkir. Namun, setelah itu perjalanan tidak ramai karena hari minggu masih pagi.
Di tengah perjalanan itu saya melihat sebuah motor yang ingin melewati mobil yang sedang saya tumpangi tetapi dengan cara yang mengagetkan. Motor itu lewat sebelah kiri dengan kecepatan tinggi, sementara di depannya ada perempatan ada lampu traffic yang sudah kuning .
Spontan saya berteriak : "Kadang-kadang kita sebagai pengemudi sudah berhati-hati, tapi justru ada orang lain yang tidak berhati-hati dan mencelakakan dirinya sendiri."
Supir hanya manggut-manggut mendengar teriakan saya.
Sesuai dengan "order" saya memang minta dihentikan di sebelah kiri jalan , tidak perlu menyeberang.
Begitu mobil menepi, tanpa menunggu lagi saya buka pintu mobil yang berada di sebelah kiri, tiba-tiba terdengar teriakan keras "Haduh!".
Saya segera menghampiri orang yang berteriak. Seorang pengemudi ojek online yang masih berpakain seragam hijau menyeringai kesakitan, terhempas dan menunjukkan pantatnya yang terkena beton yang keras.
Saya tak bisa mengangkat tubuh pengemudi ojek lelaki itu. Lalu saya minta tolong kepada supir mobil online untuk menolong. Ternyata supir mobil online tak bergeming dan saya minta suami untuk menolongnya.
Singkat kata, ternyata pengemudi ojek online itu tidak bisa berdiri lagi karena kesakitan yang luar biasa. Urusan begitu panjang, saya diminta oleh suami untuk tetap beribadah. Keluarga dan teman-teman pengemudi ojek datang dan saling berdebat. Debat kusir untuk menyatakan siapa yang salah. Pengemudi mobil online dengan tegas mengatakan dia tak salah, sudah memberikan "sign" ke kiri dan tidak melihat motor di pinggir kiri. Sementara pengemudi ojek mengatakan pengemudi mobil tidak memberikan sign sehingga dia kaget ketika tiba-tiba saya membuka pintu.
Akhirnya , suami dan supir mobil online membawa bersedia membawa dia ke klinik. Namun, supir mobil tetap teguh tidak mau bertanggung jawab memberikan uang/dana sebagai pengganti pengobatan maupun ganti rugi. Kami sebagai penumpang dengan rasa belas kasih tentu tidak bisa lepas tangan begitu saja. Kami memberikan mengantarkan ke klinik , memberikan dana cukup besar untuk pengobatan selama dia tidak bisa bekerja.