Awalnya, seorang yang teman perempuan saya yang berbisnis souvenir terbuat dari kain satin masih dalam skala UMKM kecil bekerja di garasi rumahnya. Saat itu bisnisnya masih kecil semua penjualan dilakukan dengan metode "cash and carry" atau pembayaran tunai. Namun, sejalan dengan perubahan waktu, mulailah langganan datang satu persatu . Bahkan, di antara nasabah itu ada calon nasabah besar yang ingin dibuatkan souvenir dalam jumlah besar sebagai tanda kasih untuk bisnisnya.
Ketika order mulai berdatangan, suatu hari datang calon nasabah yang baru yang ingin melihat sendiri "sample" barang yang akan diorder . Mereka khusus datang untuk melihat "sample " barang ke rumah pemilik yang dipakai sebagai galeri. Setelah memilih sekian banyak contoh produk dengan teliti, pilihan pun disepakati . Ketika nasabah itu akan membayar down payment, dia menyodorkan kartu debit dengan bank penerbit Mandiri berlogo "Prima" kepada pemilik UMKM.
Pemilik UMKM mengatakan: " wah saya belum punya mesin EDC". Calon nasabah itu agak kecewa . Mereka menyarankan kepada pemilik galeri, "Ibu harus punya mesin EDC karena mesin EDC itu mempermudah transaksi , sekali swipe, dana itu sudah masuk ke rekening ibu, aman, mudah dalam menghitung pembayaran , tidak perlu manual harus datang ke bank , menyetor , sangat berisiko tinggi".
"Oh, jika demikian boleh rekomendasikan saya , mesin EDC yang bisa menerima pembayaran kartu debit dari mitra bank yang Bapak miliki?" tanyanya.
"Hubungi saja bagian ini", kata calon pembeli seraya memberikan sebuah kartu nama.
Beberapa bulan setelah peristiwa itu, saya baru bertemu lagi dengan teman saya yang telah jadi pengusaha UMKM Menengah. Ketika kami berbincang santai, saya menanyakan bagaimana dengan mesin EDC.
"Wah , sekarang saya sudah aman dan tenang. Setiap kali ada calon pembeli bayar non cash saya udah punya non EDC".
Penasaran dengan apa yang dikatakannya, saya pun datang menghampiri mesin EDC miliknya itu.
Berceriteralah apa yang dialaminya selama dia menerima dana melalui mesin EDC itu. Iya dulu saya pikir jika memakai mesin EDC ini , ada biaya-biaya yang dikenakan kepada pemiliknya apabila bank penerbit , kartu debit pembayar tidak sama dengan bank penerbit EDC saya. Nach saya khan khawatir nanti tiap kali saya menerima hasil transaksi, akan di potong biaya. Jika volume transaksi banyak, lalu tiap transaksi dikenakan biaya, tentu saya akan rugi karena makin banyak potongannya.
Ternyata setelah saya cek dengan bank penerbit, EDC itu tidak mengenakan biaya sama sekali untuk kartu-kartu debit dari bank penerbit lainnya. Enaknya lagi semua kartu debit dari semua nasabah saya itu selalu berlogo Prima, dimana jaringannya ngga pernah "rewel" atau "down" sehingga transaksi berjalan lancar.
"Jika demikian ada kepuasan dari penyewa mesin EDC dong!" kata saya.