Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Orangtua Jangan Biarkan Anakmu Terpapar Radikalisme

Diperbarui: 14 Mei 2019   20:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alinea.ID

Awal bulan Mei dikagetkan, dikejutkan oleh  berita dengan judul yang sangat luar biasa , seorang muda yang punya prestasi di dunia atlit karate nasional ditangkap oleh Polisi .  Ditengarai bahwa pemuda EY  ini telah membuat 10 bom yang akan diledakkan pada 22 Mei 2019.

EY seorang pemuda yang merakit dan merekrut bom  dengan belajar melalui media sosia dan aplikasi pesan instan.  Ilmu untuk merakit metode bom baru diledakkan dari jarak jauh melalui sambungan WIFI bukan sinyal telpon gengam.

Tidak Cuma EY,  ada beerapa pemuda yang sudah masuk dalam jaringan teroris Sibolga dengan situs pencarian sebagai "guru".   Situs ini bukan untuk mencari ilmu pengetahuan tapi justru untuk membimbing merakit 100 kg bom.

Begitu baca berita itu sungguh saya sebagai orangtua sangat lemas dan khawatir sekali bagaimana kaum milineal ini mudah sekali jatuh dalam radikalisme.

Praduga awal tentu jatuh kepada orangtuanya yang tidak pernah mengawasi perilaku atau perubahn sikap anaknya.  Tetapi ketika orangtua EY itu ternyata tidak mengetahui sama sekali atas perubahan diri anaknya.  

Tantangan yang tidak mudah jadi orangtua zaman now hingga perubahan sikap anak pun tidak diketahuinya.  Apakah anak itu menyembunyikan perubahan itu dengan pergi ke tempat yang jauh yang tidak diketahui orangtuanya, atau sengaja menyembunyikan dengan berpura-pura alim di depan orangtua tetapi dia sudah terperangkap dalam faham radikalisme.

Metode yang digunakan oleh para teroris untuk menjaring anak muda ini bukan seperti dulu lagi dengan merekrut secara fisik, tetapi melalui perkembangan media sosial dengan dua cara berikut ini.

Pertama :  generasi muda yang melek dengan digital native itu sangat  rentan sekali teraikalisasi dunia maya karena interaksi di media sosial sebagai bagian utama hubungan sosialnya.

Kedua:  ruang gema echo chamber yang terdapat di media sosial pemilik akun mudah diarahkan dan disuguhi dengan konten yang sesuai dengan apa yang disukai.

Kedua hal di atas inilah yang jadi alasan utama kenapa anak-anak mudah mudah sekali terkena radikalisasi.

Oleh karena itu orangtua sekarang ini harus memperhatikan anak-anaknya apa yang dilihat dan dipelajari anak di media sosial.  Jangan sampai orangtua terlambat untuk melihat anaknya yang  tiba-tiba sudah terpapar dengan radikalisme.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline