Setiap orang yang melihat foto ini baik di surat kabar maupun media online, ada yang berkata dengan skeptis " Ach, ini pencitraan jelang Pemilu!" . Namun, ada juga yang memberikan komentar positif dengan nada yang sangat menyenangkan: " Nach ini baru keluarga harmonis bagaikan keluarga Cemara!"
Menyinggung soal keluarga Cemara, saya jadi pengin sekali melihat foto ini dari sudut pandang antara persamaan keluarga presiden dengan keluarga Cemara.
Loh kenapa demikian? Ini suatu fatamorgana saja yang ingin dikembangkan atau dimirip-miripkan. Ketika si Abah yang berperan di Keluarga Cemara itu bangkrut dan harus pindah ke desa, ternyata dia tak merasa "power syndrome".
Dulu dia banyak harta, mobil, rumah, barang-barang mewah yang semudah apa pun untuk digunakan. Nach ketika bangkrut , dia pulang mudik, dia tak merasakan kegundahan kehilangan harta benda yang bersifat duniawi itu. Prinsip utama yang dianut oleh Abah adalah sesuatu yang berharga di dunia ini adalah keluarga. Harta Benda dapat dicari tapi keluarga tidak dapat dicari jika sudah berantakan. Dari keluarga, maka semua akan terpancar keindahan dan keharmonisannya.
Nach, kembali kepada foto keluarga Bapak Presdien Jokowi. Perspektif yang saya tangkap di sini bukan suatu pencitraan belaka. Jika pencitraan biasanya hanya manis di depan kamera, tetapi sebaliknya di belakang kamera sangat berantakan kehidupan keluarga .
Tentu tidak demikian dengan keluarga Bapak Presiden Jokowi. Beberapa yang saya lihat di momen yang indah itu, saya melihat keharmonisan keluarga tetap terjaga bukan hanya dari segi keindahan tata warna, setting lighting dari foto itu diambil.
Kesederhanan terjaga:
Foto yang diambil di halaman istana Bogor itu bukanlah tempat yang sangat istimewa karena memang Presiden Jokowi bekerja di Istana Bogor dan tinggal di paviliun kecil di belakang Istana Bogor. Bagi beliau tempat untuk berkumpul keluarga tidak perlu mewah di luar negeri atau di tempat yang jauh dari Indonesia.
Cukup di tempat dimana dekat dengan Istana Presiden di Bogor. Apalagi waktu untuk bertemu dengan ketiga anaknya, menantu dan dua cucu itu merupakan momen yang sangat sulit dicari. Masing-masing punya kesibukan yang sulit dipadukan. Nach, dengan momen istimewa ini, justru tempat bukan suatu masalah, tetapi relasi keluarga yang harmonis itu yang jadi tujuan utamanya.
Interaksi yang alamiah:
Terlihat di foto itu masing-masing anggota keluarga tidak membawa alat handphone dalam genggamannya. Mungkin handphone ada dalam saku masing-masing. Namun, di saat berjalan dan berkumpul bersama itu, diperlukan percakapan intensif dan tatap muka , gelak tawa dan canda yang jadi tanda betapa dekatnya relasi antar hubungan keluarga.