Di terik siang yang sangat menyengat itu, saya datang ke Bentara Budaya untuk menghadiri pameran batik peranakan dan tak show tentang perjalanan etnis Tionghoa dalam kancah budaya Indonesia. Acara ini diprakasai oleh Komunitas Lintas Budaya Indonesia.
Beruntung saya datang lebih awal dari jadwal talk show. Begitu masuk ke suatu ruangan joglo, saya terkesima dengan banyaknya batik-batik berupa kain yang digelar dengan pesonanya.
Batik itu berasal dari Tasikmalaya, Cirebon, Pekalongan, Tegal, Kudus, Indramayu, Lasem, Sidoarjo, Kedung Wuni. Semua kain batik yang digelar dengan sangat indahnya itu adalah hasil koleksi para pecinta batik yang notabene kebanyakan dari orang-orang peranakan.
Tak bergeming melihat motif yang ditonjolkan di tiap kain batik itu selalu berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Ada benang merah di sini bahwa peranakan cina yang sudah melanglang buana dari negara asalnya itu punya keahilian dalam membatik juga.
Hampir satu jam saya menikmati batik kuno yang punya motif dan corak yang sangat unik. Corak unik hampir berbeda satu sama lainnnya antar daerah. Walaupun dari pembatik yang berbudaya berasal dari Tionghoa. Bagaimana hal ini bisa terjadi.
Jawabannya yang sangat jelas saya dapatkan melalui pemaran yang disampaikan oleh Dr. Yudi Latif, Prof Ariel Haryanto , PhD, Didi Kwartanada. Pemaparan dari para pakar ini singkat dan padat. Namun cukup membuka wawasan saya perjalanan sebuah budaya melalui batik sampai ke Indonesia.
Kenapa bisa terjadi bermacam-macam motif batik di beberapa daerah?
Sebuah pemaparan dari Dr. Yudi Latif yang melihat bahwa budaya Cina atau Tionghoa itu jangan dianggap hanya satu budaya saja. Justru setiap budaya itu memiliki keunggulan dan kelebihan. Masing-masing didorong untuk berinterakasi, bahkan ada yang mengkombinasikan budayanya dengan budaya setempat.
Istilah yang sangat populer disebut dengan "Akulturasi", yaitu suatu perpaduaan dua budaya menjadi satu, timbullah budaya baru. Masing-masing budaya itu saling mempengaruhi dan berinteraksi dan berpadu tanpa meninggalkan budaya lamanya.
Akulturasi adalah wajah Indonesia yang ada saat ini. Hal ini dapat dilihat dari warna warni peran Tionghoa dalam perjalanan budaya batiknya.
Pada suatu titik harmoni terlihatlah pusat persilangan antar budaya di antara bangsa yang terlibat dalam kawasan Mediterania. Ada berbagai elemen dalam kawasan Mediterania seperti Indonesiasi, Arab, Barat dan Chinese.