Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Trauma Healing untuk Luka Batin dan Kesehatan Mental

Diperbarui: 23 Oktober 2018   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

shutterstock.com

Saat terjadi gempa bumi  di Palu, Donggala yang cukup besar 7. magnitudo, diiringi dengan tsunami yang mengerikan.   Bagi orang yang mengalaminya pasti gulungan air yang datang bagaikan bah dan menyebabkan ribuan korban manusia meninggal itu merupakan suatu traumatis yang sangat tak mudah dilupakan.   

Trauma itu bukan hanya bagi korban saja.  Tapi juga bagi mereka yang menyaksikan melalui video,  beberapa diantaranya langsung sering merasa panik jika ada gempa, berpikir bahwa sebentar lagi akan terjadi tsunami. Kekhawatiran yang berlebih-lebihan, itu jika terus menerus terjadi dan memungkinan peristiwa itu terjadi di daerahnya membuat luka batin hatinya.

Pengalaman pahit, tidak mengenakan, memalukan, frustrasi, terjadi berulang-ulang membuat individu menghindari situasi serupa . Hal itu akan menimbulkan trauma atau luka batin (Maxwell Maltz). Contohnya:  orangtua yang bertengkar di depan anaknya, 

Ketika seseorang menerima perlakukan yang tidak seharusnya akibat tekanan-tekanan peristwa atau kenangan pahit masa lampu dan terus melekat dalam memorinya seseorang maka jiwanya menjadi luka batin. (J.P. Chaplin).   Contoh,  ayah yang otoriter dalam mendisiplinkan anaknya selalu mencambuk anaknya jika tidak menurut apa yang dikatakan oleh ayahnya.

Semua orang pernah mengalami luka batin, hanya kadarnya tentu masing-masing orang berbeda.   Luka batin ini akan mempengaruhi kebahagiaan diri sendiri , relasi dengan oranglain bahkan orang-orang yang kita cintai.    Oleh karena itu luka batin perlu disembuhkan atau dipulihkan.   Namun, sayangnya tampaknya pada hampir semua orang orang luka batin menjadi permanen karena orang memiliki kecenderungan untuk "melupakannya".

Dalam psikologi ada istilah DiOSIASI artinya ada keterpecahan manusia dengna dirinya.  Penyebabnya adalah trauma, abuse yang dialami pada masa lalu/masa kanak-kanak, alias luka batin.   Tarikan-tarikan untuk memikirkan , merasakan dan bertindak berbeda dengan dirinya yang asli.

Dampak dari luka batin terhadap diri sendiri dan sesamanya seringkali berakhir dengan fatal atau di luar jalur norma.  Kehidupan pribadinya tidak stabil. Contohnya merasa  tidak nyaman dalam rumah sendiri karena ada sesuatu yang membayangi dirinya. 

Begitu pula dengan relasi dengan orang lain selalu bermasalah, contohnya selalu merasa curiga terhadap orang lain  dianggapnya orang itu berbuat salah tanpa suatu fakta kebenaran yang mendukungnya. Timbullah friksi yang berakhir dengan suatu hal yang tidak baik.

Dampak yang lainnya, tidak peduli dengan luka batinnya sendiri atau sebaliknya justru terlalu memperhatikan mereka yang mengalami luka batin.

Selalu ingin memberontak jika mendengarkan sesuatu yang dinasehatkan.  Sulit melihat sesuatu dari kejernihan hati dan fakta yang ada, tetapi selalu berdalih menurut apa yang yang tidak normal.

KESEHATAN MENTAL:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline